
Oleh: Choiri Kurnianto
KabarRakyat.ID – Foto kebakaran hutan di Gunung Raung, Gunung Ranti, Ijen. Diambil dari Songgon dan Licin, Banyuwangi. Waktu berbeda, malam dan siang hari.
Apapun penampakannya, kebakaran hutan masih terus berlangsung. Tidak ada aktifitas memadamkan dengan cara lebih cepat. Malah terkesan dibiarkan saja.
“Mungkin nanti mati sendiri?”, seloroh petugas keamanan yang bertugas memantau di Licin. Mereka hanya memantau dan memfoto perkembangan kebakaran.
Hutan terbakar di lereng gunung, kini masih jadi obrolan biasa. Masih belum dikatakan luar biasa. Alasannya klasik, penyebab kebakaran, bisa karena musim kemarau, lalu anginnya kencang.
Terus, bagaiamana dengan macetnya sektor ekonomi masyarakat yang mengandalkan pariwisata yang mensajikan keindahalan alam, Kawah Ijen, Pendakian Gunung Raung, dan lainnya.
Faktanya beberapa wisata alam pegunungan dari Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo ditutup, sampai batas waktu yang belum ditentukan. “Masih ada kebakaran hutan. Asapnya membahayakan manusia”.
Para adventure alam bebas pegunungan, sudah pasti memilih berhenti. Lalu bagaiamana dengan sektor ekonomi pedagang kecil, bisnis pariwisata, pengusaha travel, pelaku jasa gaet tamu dari luar negeri, pencari belerang di wisata Kawah Ijen, ojek pendakian di kawah Ijen, pemilik mobil tropher yang mengantar dan menjemput tamu wisata kawah ijen, hotel, dormitory, home stay. Kini mereka itu, harus stop aktifitas gara-gara hutan terbakar.
Kebakaran hutan di tiga gunung Argopuro, Ranti, Alastengah, bukan sebuah kejadian yang luar biasa. Masih dianggap biasa-biasa saja, dan mungkin belum membahayakan kehidupan. Tapi entah sampai kapan, apakah dibiarkan hutan terbakar begitu saja? Hangus jadi arang tak lagi berguna?
Penulis dua hari, melakukan pemantauan di lereng Ijen, di kawasan Tawonan, Kecamatan Licin. Pedagang disana, mengaku omset penjualan menurun drastis. Sepi pengunjung. Tidak seperti biasanya. Tapi mereka punya harapan, agar api segera padam dan aktifitas pariwisata kembali normal.