Bulog Bondowoso Hadapi Tantangan Serapan Gabah, Keterbatasan Fasilitas Jadi Sorotan
Keterbatasan fasilitas, praktik curang di lapangan dan kapasitas gudang yang terbatas menjadi hambatan dalam mencapai target serapan sebesar 25.000 ton setara beras.

BONDOWOSO– Meski terus berupaya menjaga stabilitas pangan nasional, Perum Bulog Cabang Bondowoso menghadapi sejumlah tantangan dalam menyerap gabah petani.
Keterbatasan fasilitas, praktik curang di lapangan dan kapasitas gudang yang terbatas menjadi hambatan dalam mencapai target serapan sebesar 25.000 ton setara beras.
Kepala Bulog Bondowoso, Hesty Retno Kusumastuti, mengungkapkan bahwa hingga akhir April 2025, baru sekitar 50 persen dari target yang berhasil diserap. Untuk mengatasi hal ini, masa serapan diperpanjang hingga Mei.
“Penyerapan terganjal antrean dan kapasitas gudang yang terbatas. Jika terjadi penumpukan, kualitas gabah bisa menurun,” ujarnya, Rabu (30/04/2025).
Selain itu, Hesty menyoroti adanya praktik sebagian kecil petani yang mencampurkan jerami ke dalam gabah. Sehingga mempersulit proses penyerapan.
Meski begitu, pendekatan persuasif dan edukatif tetap diutamakan.
Hesty menyebut, Ketua Komisi II DPRD Bondowoso, H. Tohari, turut menyoroti kondisi ini. Ia mengatakan, semangat petani sempat naik akibat janji harga gabah Rp6.500/kg, namun belum diikuti kesiapan infrastruktur.
“Tohari menyarankan agar fasilitas tidak terpakai seperti resi gudang bisa dioptimalkan melalui kerja sama antara BUMD dan Bulog,” katanya.
Ia juga menilai, Bulog perlu memiliki fasilitas pengolahan sendiri seperti pengeringan dan penggilingan agar kualitas beras lebih terjaga dan tidak bergantung sepenuhnya pada mitra.
Saat ini, Bulog Bondowoso telah bermitra dengan 13 makloon dan 28 penggilingan besar, namun upaya penambahan mitra terus dilakukan untuk memperluas jangkauan serapan di tengah keterbatasan yang ada.
What's Your Reaction?






