'Telas Lontong', Tradisi Turun-Temurun, Tetap Lestari di Jember Utara

Apr 6, 2025 - 09:20
Apr 6, 2025 - 09:25
 0
'Telas Lontong', Tradisi Turun-Temurun, Tetap Lestari di Jember Utara
Masakan masyarakat Jember Utara saat merayakan telas lontong (Foto: Yuni/Kabarrakyat.id)

KABAR RAKYAT, JEMBER - Jika sebagian besar masyarakat, tujuh hari selepas Idul Fitri dikenal dengan kupatan atau hari raya ketupat, berbeda dengan Jember wilayah utara.

Seperti Kacamatan Ledokombo, Sumberjambe, Sukowono, Silo, Kalisat, Arjasa, Pakusari, Mayang dan beberapa wilayah lainnya. Masyarakat wilayah ini, merayakannya dengan menggunakan lontong.

Lontong, dikenal oleh masyarakat luas, merupakan makanan tradisional berbahan beras yang dibungkus dengan daun pisang.

Bentuknya, tergantung selera. Ada yang segi lima ada yang batangan, ada juga yang digulung sedemikian rupa.

Biasanya, lontong dipakai untuk bahan rujak. Atau, dibuat campuran untuk makanan gado-gado.

Bagi masyarakat Jember utara, telas lontong adalah tradisi yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang.

Telas lontong, merupakan ritual keagamaan, semacam doa bersama untuk leluhur yang sudah meninggal dunia.

Selepas itu, baru dimakan bersama bersama bumbu kacang, opor ayam, serundeng dan menu lain sebagai pelengkap.

"Kami sudah terbiasa dengan tradisi ini. Bagi kami, ini adalah budaya yang sampai saat ini tetap ada," terang Malika pelajar Jember, Minggu (06/04/2025)

Siswa MAN 1 Jember ini melihat, tradisi telas lontong mengandung makna positif yang tersirat dibalik perayaannya.

"Manfaatnya banyak, bisa silaturahmi dan memperkuat persaudaraan. Selain itu, kita diajarkan untuk saling berbagi bersama tetangga dan saudara," sebutnya.

Bagi keluarga Malika, telas lontong bukan hanya tentang ritual atau sekedar makan bersama..

"Tetapi, ini adalah simbol budaya. Sebagai bentuk rasa syukur telah berpuasa selama sebulan lebih menahan lapar dan dahaga," ungkapnya.

Sebagai generasi penerus, dia ingin budaya telas lontong tetap lestari sampai turun-temurun hingga ke anak cucu.

"Sebagai generasi bangsa, kita patut bangga. Banyak cara memperkokoh persaudaraan dan saling menghargai setiap kemajemukan," tutup santri alumni Ponpes Al-Qodiri Jember ini.

Sementara salah seorang tokoh masyarakat bernama Bapak Kusnadi membenarkan, kalau telas lontong adalah tradisi budaya.

"Ini ada sejak nenek moyang saya. Kalau yang lain pakai ketupat berbahan janur kuning sebagai pembungkus. Kita pakai daun pisang. Sama saja, yang penting niatnya, semata-mata cari RidhoNYA," paparnya

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow