Hadiri Pembukaan Pasar yang Vakum, Bupati Situbondo Dorong Kebijakan untuk Difabel dan Motivasi Mahasiswa KKN
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menunjukkan komitmennya tidak hanya dalam mendukung perkembangan UMKM, tetapi juga dalam memberi dorongan bagi mahasiswa untuk terus berinovasi.

KABAR RAKYAT,SITUBONDO- Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menunjukkan komitmennya tidak hanya dalam mendukung perkembangan UMKM, tetapi juga dalam memberi dorongan bagi mahasiswa untuk terus berinovasi.
Dalam kunjungannya ke pembukaan kembali Pasar Singo Mulyo yang sempat vakum, di Desa Kedungdowo, Selasa (12/8/2025).
Ia menegaskan pentingnya sinergi antara kampus, pemerintah, dan dunia usaha. Sinergi ini, menurutnya, menjadi kunci keberhasilan pengembangan industri, termasuk bagi penyandang disabilitas.
“Terus berkarya menjadi tiga pilar, yaitu pendidikan kampus, pemerintah, dan dunia usaha. Itu kombinasi yang tidak bisa dipisahkan,” ujar Yusuf Rio saat menyapa para pembatik difabel.
Pasar Singo Mulyo sebelumnya sempat mati suri sejak 2011. Kehadiran Bupati Situbondo sekaligus menjadi momen peresmian kembalinya pasar tersebut, yang kini diisi berbagai pelaku usaha, termasuk produsen batik ciprat dari kelompok difabel.
Bupati mengatakan, pihaknya mendorong lahirnya kebijakan yang mampu memberikan peluang lebih besar bagi difabel untuk berkarya dan memiliki kemandirian ekonomi. Kolaborasi tiga pilar yang ia maksud diharapkan mampu menguatkan ekosistem usaha yang inklusif.
Salah satu yang mendapat perhatian khusus adalah Lapak Batik Ciprat yang dikelola kelompok difabel. Dalam kesempatan itu, Yusuf Rio tidak hanya memberi motivasi, tetapi juga membeli hasil karya mereka dengan harga yang jauh di atas harga pasaran.
Zubaidah, salah satu pendamping kelompok difabel, mengaku terharu dengan dukungan tersebut. “Luar biasa, Pak Bupati membeli batik ukuran 2,15 meter seharga Rp1 juta, padahal biasanya hanya Rp150 ribu,” ujarnya dengan mata berbinar.
Kelompok Batik Ruby yang dikunjungi Bupati beranggotakan 25 orang, terdiri dari 15 penyandang disabilitas dan 10 pendamping. Mereka fokus memproduksi batik ciprat yang memiliki corak unik dan bernilai seni tinggi.
Ketua kelompok, Sujamin, mengatakan komunitas itu dibentuk untuk memberikan keterampilan sekaligus lapangan pekerjaan bagi anggotanya. “Kami ingin teman-teman difabel bisa membuka atau punya pekerjaan sendiri. Karena itu, kami sepakat membentuk komunitas ini,” jelasnya.
Ia berharap dukungan pemerintah dan masyarakat terus mengalir sehingga produk mereka bisa lebih dikenal luas. Menurutnya, semangat anggota kelompok akan semakin besar jika hasil karya mereka mendapat apresiasi setimpal.
Selain kelompok difabel, kegiatan pembukaan pasar ini juga melibatkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari STKIP Situbondo yang sedang bertugas di Desa Kedungdowo. Mereka menjadi salah satu inisiator hidupnya kembali pasar ini.
Rahman, perwakilan mahasiswa, mengatakan Pasar Singo Mulyo adalah bagian dari program kerja KKN untuk menghidupkan kembali fasilitas ekonomi desa. “Kami tidak menyangka akan dihadiri langsung Bupati,” katanya.
Menurut Rahman, kehadiran Bupati menjadi penyemangat besar bagi mahasiswa dan warga setempat. “Teman-teman sangat senang, ini di luar ekspektasi. Kehadiran Bupati jadi poin plus supaya kami lebih semangat lagi,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Bupati pun memberikan apresiasi kepada para mahasiswa KKN yang telah berkontribusi menghidupkan kembali Pasar Singo Mulyo. Ia berharap kerja sama lintas pihak ini bisa menjadi model pengembangan ekonomi desa yang berkelanjutan.
Ia juga menekankan pentingnya keberlanjutan program agar pasar tidak kembali mati suri. Dukungan dari pemerintah daerah, masyarakat, pelaku usaha, dan perguruan tinggi menjadi faktor penting dalam menjaga aktivitas pasar tetap hidup.
Pembukaan kembali Pasar Singo Mulyo diharapkan menjadi titik awal kebangkitan ekonomi lokal Desa Kedungdowo, sekaligus memperkuat inklusivitas ekonomi dengan memberi ruang bagi difabel untuk berkarya dan berdaya.
Penulis: Khairul
What's Your Reaction?






