Kritik Pedas DPRD Bondowoso soal Penanaman Alpukat di Kawah Wurung, Meski Batal, “Jangan Usik Keasriannya!”
Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajad, menyoroti rencana penanaman pohon alpukat di kawasan strategis pariwisata Kawah Wurung yang sempat viral. Ia menegaskan bahwa keputusan tersebut merupakan kesalahan teknis dan meminta agar kawasan wisata alam tidak sembarangan diubah tanpa kajian mendalam serta perlindungan hukum yang jelas.
KABAR RAKAYAT,BONDOWOSO- Rencana penanaman pohon alpukat di kawasan wisata Kawah Wurung, Bondowoso, akhirnya dibatalkan setelah menuai sorotan publik.
Kawasan yang dikenal sebagai savana eksotis itu sebelumnya diusulkan menjadi area penghijauan dengan tanaman produktif, namun langkah tersebut justru memicu polemik.
Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajad, angkat bicara mengenai kontroversi ini rencana penanaman alpukat.
Sinung mengatakan, bahwa rencana tersebut memang pernah diwacanakan bahkan mulai dikerjakan, namun dihentikan karena adanya kesalahan teknis.
“Alhamdulillah rencana itu dibatalkan, karena ada faktor kesalahan teknis,” ujarnya pada media, Rabu (19/11/2025).
Menurut Sinung, setiap keputusan terkait perubahan kawasan, apalagi yang berstatus sebagai destinasi wisata strategis, mestinya melalui kajian yang matang.
Dia mengingatkan, setidaknya sudah ada payung hukum yang mengikat, mulai dari Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) hingga aturan kerja sama antara Pemkab Bondowoso, Perhutani, dan lembaga negara lainnya.
Sinung menilai, kawasan wisata seperti Kawah Wurung tidak seharusnya diutak-atik secara sembarangan.
Ia menegaskan bahwa nilai jual pariwisata Bondowoso terletak pada keasrian dan kekayaan alamnya.
“Daerah strategis pariwisata seperti itu mohon kiranya tidak diusik keasriannya,” katanya.
Meski menuai kritik, Sinung mengungkapkan, bahwa beberapa pihak sempat mendukung rencana penanaman alpukat.
Dukungan itu kata Sinung, dilandasi alasan untuk menghalangi kendaraan Mobil Jeep yang kerap keluar-masuk kawasan savana tanpa aturan dan merusak kontur lahan. Namun Sinung menilai solusi tersebut tidak tepat.
Ia menyebut bahwa kontrol terhadap kendaraan seharusnya menjadi tugas pengelola destinasi, bukan dengan cara mengubah bentang alam.
“Seharusnya bisa ada larangan dari pengelola untuk melarang kendaraan roda empat masuk area savana,” ujarnya.
Selain pelarangan, menurutnya masih ada opsi lain seperti pembangunan jalur khusus Mobil Jeep wisata agar tidak merusak hamparan savana.
Ia menegaskan bahwa rute yang tidak teratur dapat merusak pemandangan dan ekosistem Kawah Wurung.
Wakil Ketua DPRD Bondowoso itu juga tak lupa memberikan apresiasi kepada Perhutani yang akhirnya membatalkan program tersebut.
Sinung menyebut keputusan itu tepat, mengingat masih banyak lahan lain yang membutuhkan penghijauan dengan tanaman produktif seperti alpukat.
Ia menambahkan, penanaman alpukat di Kawah Wurung pun belum tentu berhasil. Kontur tanah kawasan tersebut membuat pohon alpukat tumbuh, tetapi hampir tidak mungkin berbuah optimal.
“Kalau di Kawah Wurung mungkin bisa tumbuh, tapi tidak akan pernah berbuah,” ujarnya.
Kondisi inilah yang kemudian memicu perdebatan warganet hingga menjadi viral di media sosial.
Banyak yang mempertanyakan tujuan penanaman pohon buah di kawasan berkarakter savana yang selama ini menjadi daya tarik wisata utama.
Sinung berharap kejadian serupa tidak kembali terulang. Ia meminta pemerintah dan pengelola kawasan untuk taat terhadap regulasi, termasuk dalam membuat kebijakan penghijauan maupun pemanfaatan ruang.
Dengan adanya pembatalan ini, DPRD Bondowoso menegaskan komitmennya untuk melindungi kawasan pariwisata alam agar tetap lestari dan menjadi aset ekonomi berkelanjutan bagi daerah.
What's Your Reaction?