Meski Gagal, Penanaman Alpukat di Savana Kawah Wurung Tuai Protes, Perhutani Akui Salah Lokasi
Perhutani KPH Bondowoso mengakui adanya kekeliruan penentuan lokasi penanaman alpukat di kawasan savana Kawah Wurung. Proyek yang sempat menuai kritik pegiat lingkungan ini kini dialihkan ke kawasan agroforestri agar tidak mengganggu ikon wisata alam Bondowoso
KABAR RAKYAT,BONDOWOSO- Perhutani KPH Bondowoso akhirnya buka suara terkait rencana penanaman alpukat, meski gagal di kawasan savana Kawah Wurung yang menuai kritik publik.
Administratur Perhutani KPH Bondowoso, Misbahul Munir, mengakui bahwa penempatan lokasi penanaman memang keliru. “Sebetulnya itu keliru lokasi,” ujarnya kepada media, Rabu (19/11/2025).
Munir menjelaskan, area Kawah Wurung memiliki dua bentuk kerja sama sekaligus, yakni usaha penanaman alpukat dan pengembangan wisata alam.
Kedua program itu berada dalam satu petak hutan yang sama sehingga kerap menimbulkan tumpang tindih kewenangan.
“Satu anak petak itu ada dua kerja sama, jadi memang beririsan,” katanya.
Menurut Munir, petak yang sempat dipersiapkan untuk penanaman alpukat adalah petak 92C, yang letaknya berbatasan langsung dengan kawasan wisata Kawah Wurung. Setelah evaluasi internal, lokasi itu diputuskan tidak lagi dipakai.
“Saat ini kami alihkan ke petak yang memang untuk alpukat. Jadi memang ada kekeliruan,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa Perhutani sebenarnya belum melakukan penanaman pohon apa pun di area savana.
Aktivitas di lapangan baru sebatas penggalian lubang tanam. Namun hal itu sudah lebih dulu memicu respons keras dari pegiat lingkungan yang menilai savana sebagai ikon alam Bondowoso harus tetap dijaga.
“Memang ada miss komunikasi. Tahun lalu ada protes dari pegiat lingkungan karena petak itu tidak dilakukan penghijauan,” tutur Munir.
Di sisi lain, Perhutani juga dituntut menjaga keaslian kawasan wisata yang mengandalkan hamparan savana luas sebagai daya tarik utama.
Kondisi tersebut membuat Perhutani berada pada posisi serba salah. “Kami ini dilema. Satu sisi disuruh menghijaukan, satu sisi menjaga keasrian wisata yang sudah menjadi ikon Bondowoso,” katanya menambahkan.
Rencana awal Perhutani ialah menanam 3.000 pohon alpukat di kawasan tersebut. Namun setelah mempertimbangkan berbagai masukan, lokasi penanaman kini dialihkan ke kawasan agroforestri sayur, yang dinilai lebih tepat secara ekologis maupun sosial.
Untuk itu, Perhutani kini sedang melakukan penertiban dan pengumpulan para penggarap di area agroforestri tersebut.
Munir menyebut, proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gesekan di masyarakat.
“Jika agroforestri sayur ditutup, pasti ada gesekan. Jadi saya mengambil kebijakan lain,” ujarnya.
Kebijakan yang dimaksud adalah memperbolehkan penanaman alpukat di area agroforestri, namun dengan syarat tertentu. Tanaman sayuran tetap boleh dibudidayakan, asalkan tidak merusak hutan.
“Tanaman sayurnya jangan dihilangkan, hutannya jangan ditebang. Silakan tanami yang masih kosong,” ujarnya.
Meski begitu, Perhutani belum menentukan petak definitive penanaman pengganti. Saat ini, pengukuran dan pemetaan masih berlangsung untuk memastikan lokasi baru tidak mengganggu destinasi wisata maupun aktivitas warga.
Estimasi Perhutani, penanaman 3.000 pohon alpukat itu membutuhkan lahan seluas 30 sampai 40 hektar. Karena itu, tim kini mencari area kosong yang memiliki potensi agroforestri dan bebas konflik ruang.
“Lahan kosong yang tidak mengganggu wisata nantinya akan kami suruh tanami buah-buahan atau kayu tegak,” kata Munir.
Munir berharap polemik ini bisa menjadi pembelajaran agar penataan ruang hutan sosial dan wisata dapat berjalan harmonis.
Ia memastikan Perhutani akan mengedepankan kehati-hatian demi menjaga ekosistem Kawah Wurung sekaligus mendukung program penghijauan secara berkelanjutan.
What's Your Reaction?