Cegah Perundungan Sejak Dini, SDN Mangli Manfaatkan Teknologi Untuk Keamanan
Menyadari pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, SDN Mangli di Kabupaten Bondowoso mengambil langkah tegas dalam mencegah segala bentuk perundungan di sekolah.

BONDOWOSO– Bullying atau perundungan masih menjadi ancaman serius bagi dunia pendidikan. Tindakan ini dapat berupa kekerasan fisik, verbal, maupun psikologis yang dilakukan oleh satu atau sekelompok siswa terhadap siswa lainnya secara berulang.
Dampaknya tidak hanya merusak semangat belajar, tetapi juga mengganggu kesehatan mental dan rasa percaya diri korban.
Di usia sekolah dasar, perundungan bisa muncul dalam bentuk ejekan, pengucilan, atau intimidasi. Jika tidak ditangani secara serius, tindakan tersebut bisa berkembang menjadi kekerasan yang lebih besar dan membudaya di lingkungan sekolah.
Menyadari pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, SDN Mangli di Kabupaten Bondowoso mengambil langkah tegas dalam mencegah segala bentuk perundungan di sekolah.
Kepala SDN Mangli, Dwi Restu Wahyudi, menyampaikan bahwa sekolahnya berkomitmen membangun suasana belajar yang kondusif, tanpa rasa takut, tekanan, atau kekerasan antar siswa.
“Lingkungan belajar harus menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua anak. Tidak boleh ada yang merasa dikucilkan, ditakuti, apalagi dilukai secara fisik maupun emosional,” ujar Dwi Restu Wahyudi saat ditemui di ruang kerjanya, Jum'at (8/8/2025).
Ia menuturkan bahwa selama beberapa tahun terakhir, pihak sekolah telah melakukan pendekatan edukatif kepada siswa dan guru terkait bahaya bullying serta pentingnya membangun empati di antara warga sekolah.
Guru-guru diminta lebih aktif memperhatikan dinamika sosial di kelas dan di luar kelas, sementara siswa diajak berdiskusi dalam forum-forum kelas mengenai pentingnya saling menghargai dan melindungi teman.
Namun tidak hanya pendekatan pembinaan, SDN Mangli juga menggabungkan langkah preventif berbasis teknologi. Sejak tahun 2021, sekolah tersebut memasang kamera pengawas (CCTV) sebagai upaya konkret dalam menjaga keamanan lingkungan dan memantau interaksi siswa sehari-hari.
Awalnya, pemasangan CCTV dilakukan karena adanya kejadian pencurian buku di perpustakaan sekolah. Buku-buku tersebut diketahui sempat digunakan untuk membuat petasan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kejadian itu membuka mata pihak sekolah bahwa pengawasan fisik perlu diperkuat untuk mencegah hal-hal serupa.
“Berawal dari kerawanan lingkungan, kami akhirnya memutuskan memasang CCTV. Tapi dari situ kami menyadari bahwa alat ini juga sangat efektif dalam mencegah terjadinya bullying,” kata Dwi.
Sebanyak 15 titik pengawasan dipasang di lingkungan sekolah, termasuk di ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang operator, halaman utama, area belakang sekolah, dan beberapa sudut strategis lainnya. Semua rekaman disimpan dan bisa ditinjau ulang jika terjadi pelanggaran atau laporan dari warga sekolah.
Menurut Dwi, sejak pemasangan CCTV, perilaku siswa menjadi lebih terkendali. Siswa sadar bahwa mereka selalu dalam pantauan, sehingga mengurangi kemungkinan melakukan tindakan negatif, termasuk perundungan terhadap teman.
“Kami tidak ingin mengandalkan CCTV sebagai satu-satunya solusi, tapi ini bagian dari sistem pencegahan yang mendukung pembentukan karakter siswa. Teknologi harus mendukung nilai-nilai kedisiplinan dan tanggung jawab,” pungkasnya.
Langkah inovatif SDN Mangli ini menunjukkan bahwa pencegahan bullying tidak bisa hanya mengandalkan teguran dan aturan semata, tetapi perlu pendekatan yang komprehensif, termasuk penggunaan teknologi sebagai alat pendukung dalam menciptakan sekolah yang aman dan ramah anak.
What's Your Reaction?






