Dari Lereng Gunung ke Pasar Dunia, Sinergi PTPN I dan Petani Dorong Lompatan Hilirisasi Kopi Ijen
Bahkan, meski mengaku memiliki riwayat GERD, Wapres tetap mencicipi kopi hitam khas Ijen tanpa gula, membuktikan kualitas rasa yang bisa diterima semua kalangan.

BONDOWOSO– Dari lereng sejuk Gunung Ijen, langkah nyata menuju transformasi industri kopi nasional tengah bergulir. PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) menjadikan momentum Panen Raya Kopi Ijen bukan sekadar seremoni, melainkan awal dari strategi besar hilirisasi dan ekspansi kopi Indonesia ke panggung global.
Dalam kunjungan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, ke Java Coffee Estate di Kecamatan Sempol, Bondowoso, terungkap strategi kolaboratif antara negara, BUMN, dan petani lokal yang diarahkan untuk membangkitkan kembali kejayaan kopi sebagai komoditas unggulan Indonesia.
“Kami tidak hanya bicara soal panen, tapi juga bagaimana biji kopi ini punya nilai tambah tinggi lewat pengolahan, branding, dan pasar ekspor,” ungkap Direktur Utama PTPN I, Teddy Yunirman Dannas, Rabu (25/6/2025).
Ia menegaskan, PTPN I akan mengakselerasi ekspansi dari hulu hingga hilir melalui peningkatan kapasitas lahan, teknologi pascapanen, dan penguatan akses pasar global.
"Sebagai bagian dari Holding Perkebunan Nusantara, PTPN I juga menggandeng petani melalui pelatihan dan penguatan kelembagaan koperasi agar mereka tak hanya jadi produsen bahan baku, melainkan juga pelaku aktif dalam rantai nilai kopi," jelasnya.
Java Coffee Estate sendiri adalah wajah baru dari transformasi tersebut. Terletak di bawah naungan Regional 5 PTPN I, kawasan ini dikenal sebagai penghasil kopi arabika premium yang sudah masuk pasar ekspor dengan label “Java Coffee”.
Perpaduan alam, keterampilan petani, dan sentuhan hilirisasi diharapkan mampu menciptakan kopi Indonesia yang tak hanya berkualitas, tetapi juga memiliki narasi kuat di pasar internasional.
Wapres Gibran turut menegaskan pentingnya memperkuat ekosistem kopi nasional.
“Permintaan global terhadap specialty coffee makin tinggi. Tapi kopi kita tidak bisa hanya mengandalkan kualitas. Kita perlu nama, cerita, dan hilirisasi. Brand Indonesia harus melekat kuat di setiap cangkir yang dinikmati dunia,” ujar Wapres.
Bahkan, meski mengaku memiliki riwayat GERD, Wapres tetap mencicipi kopi hitam khas Ijen tanpa gula, membuktikan kualitas rasa yang bisa diterima semua kalangan.
“Kopi Ijen ini ramah lambung, ini pengalaman yang menyenangkan,” candanya di hadapan petani.
Kunjungan ini juga ditandai dengan penyerahan bantuan sosial dan simbol dukungan terhadap kesejahteraan masyarakat desa. Tak hanya membawa semangat pertanian, PTPN I bersama pemerintah turut menyentuh aspek sosial lewat distribusi sembako dan bantuan peternakan.
Lewat pembentukan Koperasi Merah Putih yang sedang digagas, dukungan pembiayaan dan pemasaran petani akan semakin terstruktur, menjadikan petani sebagai mitra strategis dalam rantai industri, bukan sekadar produsen bahan mentah.
Dengan pendekatan hilirisasi yang terintegrasi dan kolaborasi lintas sektor, kebangkitan kopi nasional kini bukan lagi mimpi jauh. Dari lereng Ijen, semangat baru itu mulai diseduh—untuk Indonesia yang lebih mandiri di pasar kopi dunia.
What's Your Reaction?






