Dukung Program Situbondo Naik Kelas, Dispertangan Ajukan Penambahan PPL ke Kemenpan RB
Dukung Program Situbondo Naik Kelas, Dispertangan Ajukan Penambahan PPL ke Kemenpan RB

SITUBONDO– Guna mendukung program strategis "Situbondo Naik Kelas", Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Kabupaten Situbondo mengajukan penambahan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Langkah ini diambil untuk menutupi kekurangan tenaga penyuluh di tingkat desa.
Kepala Dispertangan Situbondo, Dadang, mengatakan saat ini jumlah PPL yang aktif hanya 55 orang, sementara kebutuhan ideal mencapai 136 untuk melayani seluruh desa dan kelurahan di wilayah tersebut. Ketimpangan ini menyebabkan beban kerja penyuluh sangat berat dan kurang optimal dalam mendampingi para petani.
"Program satu desa satu penyuluh, baik dari unsur PPL maupun Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS), menjadi fokus kami. Oleh karena itu, kami telah ajukan penambahan ke pusat dan juga akan melakukan rekrutmen PPS," ujar Dadang kepada wartawan, Kamis (24/4).
Ia menekankan bahwa keberadaan penyuluh sangat vital dalam pengembangan sektor pertanian, terlebih Situbondo tengah berupaya meningkatkan kualitas dan daya saing produk pertanian lokal melalui program Situbondo Naik Kelas.
Selain mengandalkan PPL dari jalur ASN, Dispertangan juga mendorong partisipasi masyarakat melalui rekrutmen PPS. Para penyuluh swadaya ini nantinya akan membantu memberikan edukasi langsung kepada petani di lingkungan mereka.
“Peran PPS bukan hanya sebagai pendamping, tapi juga jembatan komunikasi antara petani dan pemerintah. Bila ada keluhan di lapangan, mereka yang pertama menampung dan meneruskan kepada PPL atau dinas,” jelas Dadang.
Dengan skema ini, Dispertangan berharap layanan penyuluhan akan menjangkau seluruh desa secara merata dan berkesinambungan. Hal ini dianggap penting untuk mengakselerasi transformasi pertanian berbasis teknologi dan ramah lingkungan.
Menurut Dadang, saat ini para penyuluh bekerja ekstra keras karena harus melayani beberapa desa sekaligus. Kondisi ini tentu berdampak pada efektivitas penyuluhan serta kualitas hasil pertanian yang bergantung pada bimbingan teknis rutin.
“Saat ini saja satu orang bisa menangani lebih dari dua desa. Idealnya, satu penyuluh mendampingi satu desa agar hasilnya maksimal,” katanya.
Ia juga mengajak para petani agar aktif melaporkan segala bentuk kendala atau kebutuhan teknis kepada penyuluh yang bertugas di wilayahnya. Informasi dari lapangan sangat penting sebagai dasar penyusunan kebijakan dan program pertanian di tingkat daerah.
“Kalau ada keluhan atau masalah, silakan langsung sampaikan ke PPL setempat. Kami siap membantu mencari solusi,” tegasnya.
What's Your Reaction?






