Pelayanan Puskesmas Kapongan Disorot: Sekda Situbondo Turun Tangan, Nakes Digeser, Layanan Harus Lebih Manusiawi !

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo akhirnya mengambil tindakan cepat setelah ramainya keluhan masyarakat terkait pelayanan kesehatan Puskesmas Kapongan yang dinilai lamban dan kurang responsif.

Jun 2, 2025 - 15:05
Jun 2, 2025 - 15:24
 0  246
Pelayanan Puskesmas Kapongan Disorot: Sekda Situbondo Turun Tangan, Nakes Digeser, Layanan Harus Lebih Manusiawi !
Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Situbondo, Akhmad Yulianto ditemani Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, dr. Sandy Hendrayono saat memberikan keterangan pers pada media

SITUBONDO— Polemik pelayanan kesehatan di Puskesmas Kapongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, berbuntut panjang. 

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Situbondo akhirnya mengambil tindakan cepat setelah ramainya keluhan masyarakat terkait pelayanan kesehatan Puskesmas Kapongan yang dinilai lamban dan kurang responsif.

Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Situbondo, Akhmad Yulianto, turun langsung melakukan pemanggilan dan pembinaan terhadap kepala Puskesmas Kapongan.

Pembinaan tersebut berlangsung di Kantor Pemkab Situbondo, Senin (2/6/2025), didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo.

“Pembinaan ini adalah bagian dari langkah serius kami untuk memastikan pelayanan kesehatan di Puskesmas berjalan sesuai standar, apalagi menyangkut keselamatan dan kenyamanan masyarakat,” tegas Yulianto kepada awak media.

Tak hanya berhenti pada pembinaan, Plh Sekda menyebutkan bahwa pihak Puskesmas juga telah memberikan sanksi internal terhadap tenaga kesehatan (nakes) yang dinilai kurang profesional. Salah satu bentuk tindakan tersebut adalah rotasi petugas dari Unit Gawat Darurat (UGD) ke bagian farmasi.

“Kami lakukan pergeseran petugas di UGD ke bagian Apotek Farmasi. Tujuannya agar pelayanan ke depan bisa lebih maksimal dan sesuai dengan harapan masyarakat,” terang Yulianto.

Langkah ini dilakukan sebagai respons cepat atas keluhan warga yang merasa pelayanan kesehatan di Puskesmas Kapongan kurang tanggap, khususnya dalam menangani kasus kedaruratan.

Yulianto juga menyoroti perbedaan keterangan antara pihak pasien dan petugas medis dalam insiden terbaru. Menurutnya, perbedaan versi itu tidak boleh menjadi alasan untuk abai terhadap evaluasi dan peningkatan layanan.

“Apapun perbedaan penjelasannya, kami tetap harus introspeksi dan terus berupaya memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan,” ujarnya lugas.

Menanggapi hal ini, Pemkab Situbondo berjanji akan terus mengevaluasi sistem pelayanan di seluruh Puskesmas. Plt Sekda menegaskan bahwa pembenahan menyeluruh merupakan bagian dari visi-misi Bupati Situbondo untuk menghadirkan layanan kesehatan yang lebih manusiawi dan berkualitas.

“Kita tidak ingin kejadian seperti ini terulang. Kami ingin Puskesmas jadi garda terdepan pelayanan publik yang ramah dan responsif,” tutup Yulianto dengan tegas.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Situbondo, dr. Sandy Hendrayono, menegaskan bahwa fasilitas rawat inap di Puskesmas Kapongan sebenarnya cukup lengkap. Mulai dari ruang untuk ibu hamil, bayi, hingga lansia tersedia di sana.

“Puskesmas adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), jadi memang bertugas menangani berbagai kasus ringan sampai sedang. Bila ada yang tidak bisa ditangani, maka baru dirujuk ke rumah sakit sebagai fasilitas kesehatan tingkat lanjut (FKTL),” jelas dr. Sandy.

Ia menambahkan bahwa dalam kasus gawat darurat, Puskesmas tidak diperbolehkan menolak pasien. “Kasus emergensi seperti tekanan darah yang anjlok, harus segera ditangani. Minimal dilakukan pemeriksaan awal, seperti pengukuran nadi dan tekanan darah,” imbuhnya.

Sorotan terhadap Puskesmas Kapongan bermula dari pengaduan seorang warga Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan, bernama Herman. Ia mengaku kecewa berat dengan pelayanan yang diterima adik kandungnya, Fathor Rozi, pada Sabtu (31/5/2025) lalu.

Menurut Herman, adiknya datang ke Puskesmas dalam kondisi lemas, mual, dan pusing. Namun, penanganan yang diberikan oleh petugas sangat minim dan dianggap tidak memadai.

“Adik saya cuma diperiksa tangannya dan dicek tensinya. Setelah itu perawatnya pergi begitu saja tanpa memberikan penanganan lanjutan,” ujar Herman penuh sesal, Minggu (1/6/2025).

Herman juga mengungkapkan bahwa sang adik sempat memohon agar segera diberi infus, namun permintaan tersebut ditolak oleh petugas dengan alasan ruang rawat inap sudah penuh.

“Padahal infus itu tindakan awal, bukan berarti harus dirawat inap. Ini soal kemanusiaan. Harusnya bisa lebih responsif,” tandas Herman dengan nada kecewa.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow