Panas Anak Meninggi, Kamar Tak Tersedia: Cerita Warga Soal Buruknya Layanan Puskesmas Kapongan

Panas Anak Meninggi, Kamar Tak Tersedia: Cerita Warga Soal Buruknya Layanan Puskesmas Kapongan”

Jun 2, 2025 - 13:20
Jun 2, 2025 - 15:26
 0  121
Panas Anak Meninggi, Kamar Tak Tersedia: Cerita Warga Soal Buruknya Layanan Puskesmas Kapongan
Puskesmas Kapongan tampak depan

SITUBONDO— Zubaida, warga Desa Peleyan, Kecamatan Kapongan, Situbondo, harus menelan kekecewaan saat berupaya mendapatkan perawatan untuk putrinya di Puskesmas Kapongan. Perempuan tersebut mengaku layanan kesehatan yang ia terima jauh dari harapan.

Peristiwa itu terjadi pada Minggu malam, 25 Mei 2025 sekitar pukul 22.00 WIB. Saat itu, putri Zubaida mengalami demam tinggi hingga suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celsius.

Dengan penuh kekhawatiran, Zubaida membawa putrinya ke Puskesmas Kapongan untuk mendapatkan penanganan medis. Namun harapannya pupus setelah petugas menyampaikan bahwa kamar rawat inap untuk anak tidak tersedia.

“Saya kaget. Anak saya panas tinggi, tapi malah ditolak untuk rawat inap. Katanya kamar untuk anak penuh, yang tersedia cuma kamar dewasa,” ujar Zubaida saat ditemui, Minggu (1/6/2025).

Ia menambahkan, alasan pihak puskesmas menolak karena tidak memungkinkan anak dirawat di ruang rawat inap orang dewasa, sebab dikhawatirkan bisa tertular penyakit lain.

Menurut penuturan Zubaida, anaknya sempat diperiksa oleh tenaga kesehatan dan dinyatakan kemungkinan mengidap Demam Berdarah (DB). Namun bukannya mendapatkan perawatan lebih lanjut, ia justru diarahkan untuk ke klinik lain.

“Nakes bilang anak saya kemungkinan DB. Sudah lemas juga. Tapi saya hanya disuruh ke klinik lain tanpa dibekali surat rujukan,” ungkapnya.

Kondisi tersebut membuat Zubaida kebingungan. Ia khawatir apabila ke klinik tanpa rujukan, pelayanan tidak maksimal atau malah ditolak.

“Akhirnya saya bawa anak saya ke klinik swasta di Kecamatan Panji. Jalur pribadi, padahal niat awalnya ingin rawat inap di puskesmas karena lebih dekat,” katanya.

Zubaida mengaku ini adalah pertama kalinya ia berobat ke Puskesmas Kapongan. Namun sebelumnya ia sudah mendengar sejumlah keluhan warga soal pelayanan yang buruk di sana.

“Saya sempat dengar sebelumnya juga ada yang ditolak. Ternyata sekarang saya alami sendiri,” ujarnya.

Kasus yang dialami Zubaida bukan satu-satunya. Sebelumnya, Herman, warga Desa Sletreng, juga mengalami penolakan saat ingin opname di puskesmas yang sama.

Zubaida berharap kejadian serupa tidak terus berulang. Ia meminta agar Puskesmas Kapongan membenahi sistem dan fasilitas pelayanannya.

“Saya cuma ingin anak saya cepat tertangani. Masa sih kamar untuk anak tidak disediakan padahal ini tempat pelayanan masyarakat,” katanya dengan nada kesal.

Kabarrakyat.id telah mencoba mengonfirmasi Kepala Puskesmas Kapongan, M. Saleh, terkait kejadian ini. Namun hingga berita ini ditulis, ia belum memberikan keterangan resmi.

“Maaf, saya masih ada kegiatan di Pemda. Nanti setelah selesai akan saya hubungi kembali,” kata Saleh singkat melalui pesan singkat.

Keluhan warga ini dinilai bertolak belakang dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Situbondo yang tengah gencar menjalankan program “Berantas” atau Berobat Tanpa Batas.

Program unggulan Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, tersebut digagas untuk menjamin akses kesehatan merata, terutama bagi warga kurang mampu.

Lewat program ini, Pemerintah Kabupaten Situbondo menargetkan pencapaian Universal Health Coverage (UHC) dengan menyediakan pelayanan kesehatan tanpa hambatan.

Namun, realita di lapangan menunjukkan masih adanya kesenjangan pelayanan, yang mencederai semangat program “Berantas” tersebut.

Sejumlah warga pun berharap Pemkab Situbondo segera melakukan evaluasi terhadap fasilitas dan pelayanan di Puskesmas Kapongan.

Jika tidak segera dibenahi, bukan tidak mungkin kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan publik akan semakin menurun.

Penulis: Khairul

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow