Buntut Atribut Jatuh di O2SN Situbondo, Dinilai Ada Kejanggalan Penilaian, Panitia Angku Tak Ada Pelatih Protes

Penyelenggaraan ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SMP/MTs Kabupaten Situbondo menyisakan polemik

Jun 25, 2025 - 06:20
Jun 25, 2025 - 07:03
 0  62
Buntut Atribut Jatuh di O2SN Situbondo, Dinilai Ada Kejanggalan Penilaian, Panitia Angku Tak Ada Pelatih Protes
Foto ilustrasi ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Pencak Silat di Kabupaten Situbondo

SITUBONDO— Penyelenggaraan ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat SMP/MTs Kabupaten Situbondo menyisakan polemik.

Salah satu pelatih atlet pencak silat, Mahfud, menuding adanya kejanggalan dalam proses penilaian yang dinilai merugikan anak didiknya.

Insiden bermula saat pertandingan final perebutan juara I dan II berlangsung. Dalam laga tersebut, salah satu peserta mengalami insiden jatuhnya atribut kepala (Udheng) yang menggelantung di lehernya saat berlaga.

Koordinator Penyelenggara Teknis O2SN dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Situbondo, Zainul Kholid, tak menampik adanya insiden tersebut. Namun ia menegaskan bahwa panitia tidak memiliki wewenang untuk menilai teknis pertandingan.

"Memang benar ada udheng peserta yang jatuh saat pertandingan. Tapi soal nilai, itu sepenuhnya menjadi kewenangan juri," ujar Zainul saat dikonfirmasi, Selasa (24/6/2025).

Zainul menambahkan, sepanjang pelaksanaan acara hingga usai, tidak ada keberatan atau protes yang secara resmi disampaikan oleh pelatih atau peserta kepada panitia.

"Sampai saya beres-beres alat pun, saya tidak melihat Pak Mahfud. Tidak ada yang datang mengajukan protes ke panitia. Kalau ke juri, saya tidak tahu," ujarnya.

Namun Mahfud selaku pembina atlet dari Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Situbondo memiliki pandangan berbeda. Ia menilai, insiden jatuhnya udheng seharusnya berdampak pada pengurangan nilai, sesuai ketentuan yang berlaku dalam dunia pencak silat.

"Ketua pertandingan sendiri mengakui bahwa insiden itu seharusnya berpengaruh terhadap nilai. Tapi nyatanya, hasil akhir tidak mencerminkan hal tersebut," kata Mahfud.

Sebagai pelatih, Mahfud mengaku memiliki tanggung jawab moral untuk bersuara. Ia menegaskan, perjuangannya bukan untuk membenarkan kesalahan, tetapi demi tegaknya keadilan.

"Kalau sejak dini ketidakadilan dibiarkan, anak-anak akan tumbuh dalam sistem yang tidak mereka percaya. Ini bukan soal menang-kalah, tapi soal integritas," tegasnya.

Mahfud pun telah mengirimkan surat resmi kepada Bupati dan Dinas Pendidikan Situbondo yang berisi permohonan investigasi atas insiden tersebut. Ia berharap pemerintah dapat bersikap objektif dan menjaga marwah O2SN.

"Kami percaya Bapak Bupati dan jajaran Dinas Pendidikan akan memihak pada kebenaran moral. Ini demi masa depan olahraga Situbondo," ujarnya penuh harap.

Lebih jauh, Mahfud menilai bahwa keputusan juri memang bersifat final secara teknis. Namun menurutnya, finalitas hukum tanpa kejujuran hanya akan melanggengkan ketidakadilan.

"Keputusan boleh final, tapi bukan berarti benar. Hukum memang penting, tapi kejujuran dan etika jauh lebih mendasar," tegas Mahfud.

Ia menambahkan, jika Situbondo ingin benar-benar naik kelas, maka keberpihakan pada nilai-nilai integritas harus menjadi pegangan utama, meskipun itu berarti harus melawan arus.

"Bahkan jika kami berjuang sendirian, kami akan tetap menyuarakan keadilan. Ini soal masa depan anak-anak kita," tambahnya.

Dalam suratnya, Mahfud mengajukan dua poin permohonan investigasi. Pertama, permintaan untuk membuka blangko nilai semua peserta, karena diduga terjadi manipulasi skor.

"Indikasinya kuat, karena salah satu juri berinisial D merupakan pelatih dari atlet yang ia nilai sendiri," katanya.

Kedua, Mahfud meminta klarifikasi tertulis dari IPSI dan Dinas Pendidikan Situbondo mengenai alasan tidak adanya pengurangan nilai terhadap peserta yang udheng-nya jatuh.

"Apa dasar peserta yang sudah jelas melanggar aturan tetap mendapat nilai tinggi? Ini harus dijelaskan secara resmi. Kalau ada pelanggaran, juri wajib minta maaf secara terbuka," ujar Mahfud.

Meski pemenang sudah diumumkan, Mahfud berharap pemerintah memberi pembinaan kepada peserta yang diduga melakukan kecurangan. Ia mengingatkan agar Situbondo tidak mengirim perwakilan yang menang karena manipulasi.

"Jangan sampai kita membiarkan kecurangan mewakili Situbondo. Itu akan mencederai semangat sportivitas," ucapnya.

Sebagai pelatih, Mahfud menekankan bahwa atlet binaannya, ANR, memiliki rekam jejak gemilang. Ia pernah menjadi juara II O2SN tingkat Jawa Timur saat mewakili Situbondo di jenjang sekolah dasar.

"Rekam jejaknya tercatat jelas di Dinas Pendidikan. Dia bukan atlet sembarangan. Makanya kami keberatan dengan hasil akhir yang janggal ini," imbuhnya.

Mahfud juga mengaku telah melakukan konfirmasi ke sejumlah juri tingkat nasional dan internasional, termasuk dari lingkungan internal Situbondo. Semuanya, kata dia, sepakat bahwa jatuhnya udheng merupakan pelanggaran teknis.

"Semua juri yang kami tanya, baik dari Situbondo maupun luar daerah, menyatakan bahwa insiden itu seharusnya jadi pengurang nilai. Jadi pertanyaannya, kenapa aturan tidak ditegakkan di sini?" pungkasnya.

Penulis: Khairul

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow