Harga Naik, Gabah Langka, Serapan Bulog Melambat, Ini Kata DPRD Bondowoso

"Kalau ditanya berapa persen serapan Bulog hari ini, itu tentu bukan ranah anggota DPR. Kami tidak update data harian seperti itu. Untuk angka pasti terkait serapan, silakan tanya ke Bulog, Kodim, atau rekan-rekan Babinsa yang memang rutin memantau langsung di lapangan," ujar Tohari.

Jun 10, 2025 - 14:18
Jun 10, 2025 - 15:35
 0  35
Harga Naik, Gabah Langka, Serapan Bulog Melambat, Ini Kata DPRD Bondowoso
Ketua Komisi II DPRD Bondowoso, H. Tohari saat dikonfirmasi

BONDOWOSO Ketua Komisi II DPRD Bondowoso, H. Tohari, angkat bicara terkait dinamika serapan gabah dan beras oleh Bulog yang belakangan menjadi sorotan.

Menurutnya, perlambatan dalam penyerapan hasil panen oleh Bulog tidak bisa serta-merta disalahkan kepada satu pihak. Ada banyak faktor di lapangan yang harus dipahami secara menyeluruh sebelum membuat kesimpulan.

"Kalau ditanya berapa persen serapan Bulog hari ini, itu tentu bukan ranah anggota DPR. Kami tidak update data harian seperti itu. Untuk angka pasti terkait serapan, silakan tanya ke Bulog, Kodim, atau rekan-rekan Babinsa yang memang rutin memantau langsung di lapangan," ujar Tohari, Selasa (10/6/2025).

Ia menjelaskan bahwa fungsi Bulog sejatinya adalah sebagai stabilisator harga. Ketika terjadi lonjakan atau penurunan harga yang ekstrem, Bulog harus hadir untuk menjaga keseimbangan pasar. Namun, dalam praktiknya, ada sejumlah kendala yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Jangan langsung menyimpulkan bahwa Bulog salah ketika harga di pasar tidak stabil. Kita perlu tahu akar masalahnya. Ternyata, berdasarkan rapat dengar pendapat yang kami lakukan, salah satu persoalan utama adalah keterbatasan gudang dan minimnya jumlah mitra Bulog di lapangan,” jelasnya.

Tohari menambahkan bahwa Komisi II DPRD Bondowoso sebelumnya telah berupaya menjembatani permasalahan ini dengan mendorong masyarakat untuk bermitra dengan Bulog.

“Kami sampaikan melalui media bahwa siapa pun yang ingin menjadi mitra Bulog silakan mendaftar. Alhamdulillah, setelah itu progresnya sangat positif. Banyak yang tertarik dan ikut bergabung,” ungkapnya.

Namun, Tohari juga mengakui bahwa kondisi di lapangan tetap menantang. Salah satunya adalah situasi yang terjadi saat panen raya bertepatan dengan musim hujan dan hari raya. Hal ini menyebabkan harga gabah anjlok karena petani kesulitan mengeringkan hasil panen dan kekurangan tenaga kerja.

"Pas panen raya kemarin, hujan turun terus, ditambah tenaga kerja langka menjelang dan sesudah Lebaran. Ini berdampak pada kualitas gabah yang masuk ke mitra Bulog. Apalagi kalau mitra tidak punya alat pengering (dryer), jelas mereka tidak bisa maksimal menyerap," ujarnya.

Kini, saat kondisi cuaca mulai membaik dan masa panen raya telah lewat, harga gabah mulai naik.

“Kalau dulu serapan di harga Rp 6.500, sekarang sudah hampir menyentuh Rp 7.000. Persaingan di lapangan juga makin ketat karena gabah sudah mulai langka,” kata Tohari.

Menurutnya, dengan harga yang terus naik dan persaingan yang makin tinggi, wajar jika serapan Bulog terlihat lebih lambat.

“Bukan karena Bulog tidak mau menyerap, tapi karena kondisi di lapangan yang berubah. Pertanyaannya sekarang, Bulog mau menyerap sebanyak-banyaknya, tapi taruh di mana? Gudangnya terbatas, itulah realita yang harus kita pahami bersama,” tandasnya.

Tohari menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, Bulog, mitra usaha, dan petani agar sistem distribusi dan serapan bisa berjalan lebih efektif dan efisien ke depan. Ia juga berharap agar masyarakat tidak cepat menyalahkan satu pihak tanpa memahami kondisi sebenarnya di lapangan.

 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow