Puskesmas Kapongan Dikecam! HMI Ultimatum Bupati Situbondo: Kalau Tak Berbenah, Lebih Baik Ditutup!
Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Situbondo-Bondowoso, Nidam Anshori, angkat bicara dan menyatakan bahwa pelayanan buruk yang terjadi di Puskesmas Kapongan sudah masuk kategori memprihatinkan

SITUBONDO– Pelayanan Puskesmas Kapongan kembali menjadi sorotan. Sejumlah warga Kecamatan Kapongan mengeluhkan buruknya layanan kesehatan selama sepekan terakhir.
Polemik ini pun langsung memantik reaksi keras dari organisasi mahasiswa islam.
Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Situbondo-Bondowoso, Nidam Anshori, angkat bicara dan menyatakan bahwa pelayanan buruk yang terjadi di Puskesmas Kapongan sudah masuk kategori memprihatinkan.
Ia menyebut situasi ini telah menjadi perhatian serius kalangan mahasiswa.
“Kalau Kepala Puskesmas tidak segera mengambil tindakan terhadap bawahannya, jangan heran kalau pelayanan di Puskesmas Kapongan akan makin amburadul ke depan,” tegas Nidam saat diwawancarai pada Selasa (3/6/2025).
Ia bahkan menyinggung janji manis Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, di media sosial yang menyebut bahwa tidak boleh ada pasien yang ditolak untuk berobat di fasilitas kesehatan manapun.
“Coba bandingkan dengan yang dikatakan Pak Bupati di TikTok atau Instagram-nya, bahwa semua warga harus dilayani tanpa kecuali. Tapi kenyataannya di lapangan, banyak yang justru dikecewakan,” ucap Nidam dengan nada kecewa.
Nidam mendesak agar Bupati Situbondo bersikap tegas terhadap jajaran di bawahnya yang dinilai lalai memberikan pelayanan optimal. Menurutnya, ini menyangkut keselamatan nyawa warga, khususnya di Kecamatan Kapongan.
“Kalau pemerintah daerah diam saja, berarti ada pembiaran. Ini bukan hal sepele, ini soal nyawa masyarakat,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa aduan serupa terkait Puskesmas Kapongan bukan kali ini saja terjadi. Laporan dan keluhan terus bermunculan dari waktu ke waktu, namun selalu luput dari perhatian serius.
“Ada perbaikan memang, tapi sebatas tambal sulam. Misalnya hari ini dilayani buruk, lalu besok dilayani dengan senyum. Tapi itu bukan solusi jangka panjang,” sindirnya.
Bahkan dalam sepekan terakhir, lanjut Nidam, sudah dua kali muncul keluhan dari warga tentang lambat dan diskriminatifnya pelayanan di Puskesmas Kapongan. Ini menjadi bukti bahwa manajemen pelayanan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
“Kalau terus begini, lebih baik Puskesmas Kapongan ditutup saja. Lalu tenaga kesehatannya dialihkan ke bagian farmasi atau tempat lain yang bisa dimonitor lebih ketat,” tukasnya lantang.
HMI Situbondo, kata Nidam, akan terus mengawal isu ini dengan ketat. Ia memastikan bahwa pihaknya tidak akan tinggal diam jika tidak ada perbaikan konkret dari pemerintah daerah.
“Kami akan turun ke jalan jika pemerintah tetap tidak menggubris masalah ini. Sudah kami diskusikan secara internal. Jangan salahkan mahasiswa kalau nanti ada aksi besar-besaran,” ancamnya.
Tak hanya itu, ia menegaskan bahwa pelayanan kesehatan tidak boleh pilih kasih, apalagi mendiskriminasi pasien berdasarkan status sosial atau ekonomi.
“Mau kaya atau miskin, semua berhak dilayani. Jangan sampai ada pasien yang diperlakukan berbeda hanya karena berasal dari keluarga tidak mampu,” cetus Nidam.
Sementara itu, Anis, tokoh masyarakat dan anggota KAHMI (Korps Alumni HMI), turut menyoroti ramainya keluhan terhadap pelayanan Puskesmas Kapongan. Ia mengingatkan, jika tidak mampu menangani pasien, Puskesmas seharusnya langsung merujuk ke RSUD, bukan justru membuat pasien terlantar.
“Sudah ada program dari Bupati yang namanya BERANTAS—berobat sampai tuntas. Tapi kenyataannya, pasien justru dibuat bingung dan kecewa,” kata Anis.
Menurutnya, jargon “Situbondo Naik Kelas” tak akan ada artinya jika hanya sebatas slogan. Harus dibuktikan dengan pelayanan publik yang profesional dan manusiawi.
“Naik kelas itu bukan sekadar teori. Harus diwujudkan lewat praktik nyata, terutama di sektor kesehatan,” pungkas Anis.
Penulis: Khairul
What's Your Reaction?






