Emak-Emak Situbondo Ubah Limbah Dapur Jadi Pupuk Organik, Pekarangan Rumah Jadi Sumber Penghasilan

Puluhan emak-emak di Kabupaten Situbondo mengikuti Sekolah Lapang pemanfaatan pekarangan dan pengolahan limbah dapur menjadi pupuk organik dan eco-enzim. Program Dispertangan Situbondo ini diharapkan mampu menambah penghasilan keluarga sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat.

Nov 19, 2025 - 18:30
 0
Emak-Emak Situbondo Ubah Limbah Dapur Jadi Pupuk Organik, Pekarangan Rumah Jadi Sumber Penghasilan
Sejumlah ibu peserta Sekolah Lapang di Situbondo menunjukkan hasil praktik pembuatan pupuk organik dan eco-enzim menggunakan bahan limbah dapur

KABAR RAKYAT,SITUBONDO – Puluhan emak-emak di Kabupaten Situbondo mendapat pelatihan khusus untuk memanfaatkan pekarangan rumah agar memiliki nilai ekonomi sekaligus menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.

Dalam pelatihan tersebut, para ibu rumah tangga tidak hanya diajari menanam berbagai jenis sayuran di pekarangan, tetapi juga dibekali ilmu mengolah sampah dapur, seperti sisa sayuran dan buah-buahan, menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman.

Program Sekolah Lapang (SL) ini digagas oleh Tim Penyuluh Pertanian Swadaya (PPL) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertangan) Situbondo. Ke depan, program serupa diproyeksikan akan diterapkan di seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Situbondo.

“Materi Sekolah Lapang hari ini yaitu mengolah limbah rumah tangga agar bernilai. Contohnya air lebih yang diolah menjadi pupuk hayati, kemudian limbah sayur dan buah diolah menjadi eco-enzim serta pupuk organik menggunakan metode ember tumpuk,” jelas Fathor Rahman, Tim PPL Dispertangan Situbondo.

Air bekas cucian beras dan limbah cair rumah tangga lain yang selama ini sering terbuang percuma, diajarkan cara pengolahannya agar bisa menjadi pupuk hayati untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah para peserta.

Sementara itu, sisa sayuran dan buah-buahan yang biasanya langsung masuk ke tempat sampah, dalam pelatihan ini dipraktikkan pengolahannya menjadi eco-enzim dan pupuk organik dengan metode ember tumpuk yang relatif sederhana dan mudah diterapkan di rumah.

Fathor menambahkan, kegiatan Sekolah Lapang ini bersifat stimulan untuk memotivasi peserta agar berani memulai langkah kecil dari rumah masing-masing. Menurutnya, pengetahuan saja tidak cukup, perlu dorongan agar para ibu mau rutin mempraktikkan ilmu yang didapat.

“Setelah kegiatan ini tentu perlu pendampingan dari penyuluh Dispertangan. Harapannya, ilmu yang telah diperoleh bisa dipraktikkan sehingga hasil pertaniannya bisa dimanfaatkan untuk membuat produk yang bernilai jual,” ujarnya.

Ia menegaskan, dengan adanya Sekolah Lapang, emak-emak diharapkan tidak hanya mampu menanam dan mengolah limbah dapur, tetapi juga bisa menghasilkan produk turunan yang dapat dijual, sehingga memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga.

Terkait proyeksi program, Fathor menjelaskan bahwa Sekolah Lapang ini telah dilaksanakan di tiga titik, yakni Desa Demung Kecamatan Besuki, Desa Balung, serta Kelurahan Dawuhan, sebagai model awal sebelum diperluas ke wilayah lain.

“Harapannya tahun berikutnya setiap desa bisa mendapat pelatihan seperti ini. Ibu-ibu dapat menjadi pionir dalam memanfaatkan pekarangan dan mengolah limbah dapur, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” ungkapnya optimis.

Salah satu peserta, Seivi Andriyani, mengaku kegiatan ini memberikan pengetahuan baru tentang cara memanfaatkan limbah dapur dan cara bercocok tanam di pekarangan rumah yang sebelumnya belum pernah ia lakukan secara serius.

“Dengan menanam di rumah sendiri, kita bisa berhemat dan memenuhi kebutuhan memasak setiap hari. Selain itu, lingkungan sekitar rumah juga jadi lebih hijau dan segar,” ujarnya.

Penulis: Khairul

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow