Ijen Menghadapi Revalidasi UNESCO 2026: Kolaborasi Dua Kabupaten Menguji Masa Depan Geopark Dunia

Kabupaten Bondowoso, yang mengelola sisi barat Ijen dengan karakter geologi dan situs yang berbeda dari Banyuwangi, kini telah menyusun langkah strategis yang meliputi Penguatan konservasi dan perlindungan warisan geologi, Peningkatan kualitas edukasi dan riset berbasis geopark, dan Pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis potensi lokal.

Nov 20, 2025 - 15:47
Nov 20, 2025 - 17:29
 0
Ijen Menghadapi Revalidasi UNESCO 2026: Kolaborasi Dua Kabupaten Menguji Masa Depan Geopark Dunia
Suasana Forum Koordinasi Persiapan Revalidasi Ijen Geopark di hotel Grand Padis, Bondowoso

KABAR RAKYAT, BONDOWOSO – Ijen Geopark kembali memasuki fase menentukan. Setelah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp) pada Mei 2023, kawasan ini kini bersiap menghadapi proses revalidasi tahun 2026.

Dalam Forum Koordinasi Persiapan Revalidasi Ijen Geopark yang digelar di Bondowoso, Kamis (20/11/2025), berbagai pemangku kepentingan memaparkan progres, tantangan, dan strategi besar menghadapi asesmen UNESCO.

Wakil Bupati Bondowoso, As’ad Yahya Syafi’i, menegaskan bahwa Ijen bukan hanya kawasan wisata atau proyek branding daerah.

“Ijen adalah ruang bersama tempat kolaborasi menjadi budaya, bukan seremoni,” ungkapnya.

Ia menilai penghargaan terbaru dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur bukanlah capaian instan, melainkan hasil kerja panjang lintas sektor.

Namun As’ad mengingatkan, fase ini bukan titik akhir. Melainkan penyemangat semua stakeholder untuk bekerja lebih serius dan terarah menghadapi revalidasi 2026.

“Kabupaten Bondowoso, yang mengelola sisi barat Ijen dengan karakter geologi dan situs yang berbeda dari Banyuwangi, kini telah menyusun langkah strategis yang meliputi Penguatan konservasi dan perlindungan warisan geologi, Peningkatan kualitas edukasi dan riset berbasis geopark, dan Pengembangan ekonomi berkelanjutan berbasis potensi lokal,” kata Wabup As’ad.

Wabup berpendapat, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso berkomitmen penuh mendukung seluruh proses persiapan.

“Upaya ini bukan sekadar memenuhi persyaratan, tetapi memastikan Ijen memberi manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan,” tegasnya.

Dari Banyuwangi, Sekretaris Bappeda, Budi Wahono, yang hadir mewakili Bupati Banyuwangi mengingatkan bahwa penetapan UGGp bukanlah destinasi akhir, tetapi awal dari tanggung jawab yang lebih besar.

“Ijen bukan lagi sekadar objek wisata besar, melainkan warisan dunia yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.

Budi menjelaskan, sejak delapan tahun terakhir Banyuwangi terus membangun ekosistem geopark di masyarakat, di antaranya melalui Edukasi geopark di sekolah, Program konservasi kawasan, Integrasi kebijakan desa–kota, Penguatan komunitas serta unit usaha berbasis geologi dan budaya, dan Penelitian di berbagai bidang – geodiversitas, geokonservasi, geowisata – juga terus diperkuat bersama kampus dan lembaga riset.

Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat Ijen dalam menghadapi risiko bencana vulkanik. Pengalaman daerah lain seperti Yogyakarta kini dijadikan referensi untuk meningkatkan literasi kebencanaan di kawasan Ijen, yang dikenal aktif secara geologi.

“Evaluator tidak hanya melihat dokumen, tetapi akan turun langsung melihat kondisi lapangan. Karena itu seluruh pihak harus benar-benar siap,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Ijen Geopark, Tantri Raraning Tias, memaparkan kerja besar yang sudah berlangsung sejak 2020, ketika Ijen masih berstatus Geopark Nasional.
“Pengelolaannya harus melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, dunia usaha, hingga masyarakat. Ini tanggung jawab kita bersama,” tukasnya.

Tantri menekankan pentingnya pendekatan ilmiah karena karakter geologi, biologi, dan ekologinya berbeda antara Banyuwangi dan Bondowoso. Semua pengembangan harus berbasis riset agar tidak merusak kawasan.

Selain itu, menurutnya, branding dan visibilitas geopark menjadi sorotan.
“Sebagus apa pun program geopark, kalau tidak dikenal publik, maka ia tidak akan berjalan maksimal,” tukas Tantri.

Salah satu pilar paling mengesankan adalah sektor pendidikan. Hingga 2025, tercatat 160 lembaga pendidikan telah mengintegrasikan geopark ke kurikulum belajar. Sekolah memanfaatkan situs-situs geologi sebagai alat pembelajaran langsung, sementara pendidik aktif menggelar sekolah konservasi dan jelajah edukasi.

“Geotalk, geo-practic, hingga kegiatan bio-education kini rutin dilakukan untuk mendorong pemahaman geopark di kalangan masyarakat luas,” paparnya.

Tantri mencatat bahwa dokumen penting seperti dosier dan self-assessment telah melalui review sejak Juli 2025 dan kini terus disempurnakan sesuai masukan UNESCO dan Badan Geologi.

Meski progres sudah signifikan, sejumlah tantangan besar masih mengemuka, antara lain Harmonisasi program antara dua kabupaten, Pembinaan infrastruktur ramah lingkungan, Penyediaan data ilmiah yang lengkap, Penegakan konservasi di lapangan, Edukasi bencana vulkanik dan mitigasi risiko, Konsistensi pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan Kawasan Ijen yang luas, berbatasan administratif, dan memiliki kerentanan bencana tinggi menuntut kolaborasi intensif lintas sektor.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow