Kebijakan Efisiensi Anggaran Mulai Berimbas pada Industri Perhotelan di Banyuwangi
Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah mulai berdampak pada industri perhotelan di Banyuwangi. Pengurangan anggaran belanja pemerintah itu berpotensi menurunkan omzet hotel secara signifikan hingga tersisa 20 persen

KABAR RAKYAT - Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah mulai berdampak pada industri perhotelan di Banyuwangi. Pengurangan anggaran belanja pemerintah itu berpotensi menurunkan omzet hotel secara signifikan hingga tersisa 20 persen.
Berdasarkan konfirmasi Kabar Rakyat.id dengan General Manager (GM) Hotel Berbintang di Banyuwangi menyampaikan keterangan yang sama. Pendapatan operasional hotel yang biasanya mencapai 80 persen kini hanya tersisa 20 persen.
GM Aston Hotel, Catru Rahmadi menyampaikan, secara garis besar pendapatan bisnis perhotelan terbagi menjadi dua yakni reservasi harian dan kegiatan Meeting,Incentive,Convention dan Exhibition (MICE). Saat ini Aston Hotel merasa kehilangan omzet yang bersumber dari kegiatan MICE pemerintah maupun swasta.
” Untuk sementara kita menerapkan efisiensi internal, kami harus fokus bertahan ditengah kondisi ini, setidaknya selama 3 bulan, bisa dilihat, sepi seperti ini, menu breakfast tidak lagi seberagam seperti sebelumnya, ” ucap Catur sembari memperlihatkan ruang loby Hotel yang sepi tamu, Kamis (24/04/2025)
Catur mengatakan, segala bentuk promosi yang digencarkan pasca Covid-19 terasa sia-sia. Tidak hanya berimbas di perhotelan, menurutnya kondisi ini dalam waktu dekat akan berdampak terhadap banyak sektor. Terutama di Kabupaten Banyuwangi dengan citra pariwisatanya.
“Efek domino pasti akan terjadi, merembet ke wisata, vendor dan UMKM. Kami tidak bisa mencapai target forecast, kecuali pada masa libur lebaran kemarin. Kita pusing lagi, bagaimana bisa bertahan dengan mempertimbangkan nasib karyawan,” cetusnya.
Catur mengatakan, segala upaya telah dilakukan agar bisnis perhotelan sanggup bertahan saat ini. Bukan lagi promosi, namun lebih ke arah penguatan dengan mitra-mitra travel. Beberapa kebijakan internal, seperti mengambil pinjaman, pengaturan jam kerja, multijob tasking karyawan dan upaya lainnya terpaksa dilakukan.
“Maaf jika boleh menyamakan, ini hampir mirip era pandemi covid-19. Kami dipaksa harus bertahan di tengah keterbatasan. Kalau berlanjut terus, kami tidak tahu lagi bagaimana jadinya,” ucap Catur.
GM Kokoon Hotel, Weni Kristanti, mengatakan bahwa sepinya agenda dinas dan rapat-rapat instansi membuat banyak hotel bak kehilangan nyawanya. Sejak awal tahun ini, hotel-hotel tercatat nihil kegiatan. Ballroom nampak sunyi, kosong, dan gelap tanpa penerangan.
“Kami terpaksa memutus listrik untuk banyak ruangan, penggunaan AC dan kebutuhan lainnya. Ini harus kami lakukan sebagai upaya efisiensi internal. Karena omzet hotel anjlok jauh,” ucap Weni kepada Kabar Rakyat.id.
Weni mengungkapkan, dalam kondisi normal Kokoon hotel mampu merealisasikan forecast 70 hingga 90 persen secara konsisten perbulan. Namun sejak kebijakan efisiensi diterapkan, kini realisasi forecast hanya tersisa 20 persen. Mentok di 30 persen saja.***
What's Your Reaction?






