PWI Jember Latih Humas SMA/SMK Jurnalistik, Menakar Ulang Relasi Sekolah dan Media

Ketua PWI Jember, Sugeng Prayitno melihat urgensi membekali para humas sekolah dengan pengetahuan dasar jurnalistik. Tapi yang lebih penting adalah kemampuan membedakan mana wartawan bekerja berdasarkan kode etik dan sekadar bermodalkan kartu identitas.

May 9, 2025 - 07:38
May 9, 2025 - 07:38
 0
PWI Jember Latih Humas SMA/SMK Jurnalistik, Menakar Ulang Relasi Sekolah dan Media
PWI Jember memberikan pelatihan dan wawasan jurnalistik kepada Humas SMA/SMK sekabupaten Jember di Aula Dinas Pendidikan Jember

JEMBER– Di tengah meningkatnya kekhawatiran atas maraknya oknum yang mengaku wartawan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Jember memilih langkah berbeda. Bukan sekadar mengecam, mereka menggelar pelatihan jurnalistik yang ditujukan khusus bagi para tenaga humas di SMA, SMK, dan SLB se-Jember.

Tempatnya cukup bersahaja: Aula Kantor Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Jember, Kamis pagi, 8 Mei 2025.

Acara ini bukan semata seremonial peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dan Hari Ulang Tahun (HUT) PWI ke-79. Ada kekhawatiran mendalam yang mendorong inisiatif ini.

Ketua PWI Jember, Sugeng Prayitno yang lebih akrab disapa Supra melihat urgensi membekali para humas sekolah dengan pengetahuan dasar jurnalistik. Tapi yang lebih penting, kata Supra, adalah kemampuan membedakan mana wartawan yang bekerja berdasarkan kode etik dan yang sekadar bermodalkan kartu identitas.

"Kita ini hidup di zaman di mana semua bisa cetak ID Card. Tapi tidak semua bisa mempertanggungjawabkan kerja jurnalistik," ujar Supra dalam sambutannya.

Selama ini, kata dia, banyak sekolah yang gamang saat berhadapan dengan orang-orang yang datang mengatasnamakan media. Tak sedikit pula yang mengaku wartawan tapi gagal menunjukkan legalitas maupun kompetensi formal. “Sering kali ujungnya bukan berita, tapi intimidasi terselubung,” ujarnya.

Sekolah dan media, kata Supra, semestinya menjadi mitra, bukan pihak yang saling curiga.

"Jurnalisme yang sehat hanya bisa tumbuh di lingkungan yang paham hak dan batasannya," ujarnya.

Pelatihan itu dibagi ke dalam tiga sesi. Ahmad Winarno, mantan jurnalis kompas.com yang kini Dosen UIN KHAS Jember, membuka sesi pertama dengan materi dasar: teknik menulis berita dan etika wawancara. Ia menggarisbawahi pentingnya nalar naratif dalam menyusun informasi.

 "Akurasi itu mutlak, tapi kalau tidak enak dibaca, pesannya tidak akan sampai. Jurnalisme itu kerja teknis sekaligus estetis," kata Winarno.

Sesi kedua, giliran Yakub Mulyono, wartawan detik.com sekaligus Wakil Ketua PWI Jember. Ia bicara lugas soal Kode Etik Jurnalistik, juga bagaimana sekolah bisa memastikan keabsahan identitas wartawan.

"Jangan ragu minta dua kartu: dari perusahaan dan dari Dewan Pers. Itu bukan pelanggaran etika, justru bentuk pertanggungjawaban," kata Yakub. Ia juga mengimbau para humas memverifikasi nama wartawan di situs resmi Dewan Pers. Jika tidak tercantum, kata dia, perlu dipertanyakan.

Sesi penutup diisi oleh Hamka Agung Balya dari Antara TV. Ia tak hanya bicara, tapi langsung mempraktekkan bagaimana membuat video jurnalistik yang menarik.dari teknik pengambilan gambar hingga penyuntingan untuk media sosial.

"Di era digital, video bukan lagi pelengkap. Ia bisa jadi juru bicara utama institusi," ujar Hamka.

PWI Jember berencana menggelar pelatihan serupa secara berkelanjutan. Bagi mereka, ini bukan sekadar agenda tahunan, tapi upaya strategis memperkuat benteng informasi publik.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow