Tradisi Ojung Situbondo, Ritual Hujan yang Jadi Simbol Ketangguhan Warga
Tradisi Ojung di Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Situbondo, kembali digelar. Festival ini bukan sekadar ritual meminta hujan, tetapi juga simbol ketangguhan dan solidaritas masyarakat. Acara yang diwariskan sejak abad ke-13 itu mendapat dukungan penuh Bupati Situbondo untuk dilestarikan dan dikembangkan menjadi agenda budaya yang lebih besar

SITUBONDO– Tradisi Ojung kembali digelar masyarakat Desa Bugeman, Kecamatan Kendit, Situbondo, Senin (29/9/2025).
Tradisi ini diyakini sebagai ritual meminta hujan sekaligus doa untuk keberkahan rezeki.
Festival Ojung diselenggarakan oleh pemerintah Kecamatan Kendit dan telah berlangsung turun-temurun.
Catatan sejarah menyebutkan, ritual ini sudah dilakukan sejak abad ke-13. Hingga kini, masyarakat setempat terus melestarikan tradisi tersebut sebagai bagian dari warisan budaya lokal.
Salah satu tokoh masyarakat Bugeman, Mudassir, mengatakan bahwa Ojung tidak sekadar tontonan. Ritual ini dimulai dengan pengumpulan berbagai hasil panen warga, seperti buah-buahan dan tanaman, yang kemudian diletakkan pada wadah khusus bernama leghin.
“Semua buah-buahan ditaruh di leghin, lalu didoakan bersama. Harapannya, masyarakat mendapatkan kelimpahan rezeki yang penuh berkah,” ujar Mudassir saat menceritakan sekilas sejarah Ojung.
Setelah prosesi doa, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Ojung. Permainan ini menggunakan kayu rotan yang disebut manjhelin dalam bahasa Madura. Dua orang peserta tampil berhadapan tanpa mengenakan baju.
Setiap pertandingan berlangsung singkat. Masing-masing pemain mendapat giliran memukul lawan dengan rotan sebanyak tiga kali. Aturannya, pukulan hanya boleh mengenai area bahu, punggung, hingga bagian pinggang.
Meski terlihat keras, permainan ini diatur ketat sesuai tradisi turun-temurun. Bagi masyarakat setempat, Ojung bukan sekadar duel fisik, tetapi simbol kekuatan, ketangguhan, dan semangat persaudaraan.
Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, turut hadir menyaksikan festival. Ia menyebut Ojung sebagai budaya khas Situbondo yang sangat langka karena diwariskan sejak nenek moyang.
“Festival Ojung bukan hanya ritual memohon hujan, tetapi juga simbol ketangguhan dan solidaritas masyarakat Situbondo. Untuk tahun depan, kita rencanakan festival ini digelar lebih besar di Alun-alun Situbondo,” ujar Bupati dengan penuh semangat.
Bupati Yusuf bahkan ikut mencoba permainan Ojung. Ia berduel rotan dengan Camat Kendit, menandakan dukungan nyata pemerintah terhadap pelestarian tradisi ini.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Situbondo berkomitmen mendukung semua kegiatan budaya lokal.
“Di tengah tantangan zaman, tradisi ini mengingatkan kita untuk bersyukur dan berdoa bersama demi keberkahan masyarakat Situbondo,” kata dia.
Festival Ojung tahun ini juga menarik perhatian masyarakat dari luar daerah. Sejumlah warga dari Bondowoso dan Banyuwangi turut hadir menyaksikan jalannya acara.
Tradisi Ojung pun tak hanya menjadi ritual sakral, tetapi juga potensi wisata budaya yang memperkuat identitas Situbondo sebagai daerah yang kaya tradisi dan solidaritas sosial.
-----------------------------
Penulis: Khairul
What's Your Reaction?






