Gempa Situbondo Rusak 64 Rumah, Trauma Warg Belum Pulih

Gempa Situbondo berkekuatan 5,7 membuat sejumlah rumah warga rusak parah. Korban seperti Risnawati masih trauma hingga memilih tidur di luar rumah.

Sep 26, 2025 - 12:04
Sep 26, 2025 - 12:13
 0
Gempa Situbondo Rusak 64 Rumah, Trauma Warg Belum Pulih
Warga Dusun Sidomulyo, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, duduk di depan rumah yang dindingnya retak dan sebagian roboh akibat guncangan gempa berkekuatan 5,7 SR pada Kamis (25/9/2025) sore. Hingga kini warga masih memilih tidur di luar rumah karena khawatir terjadi gempa susulan.

SITUBONDO— Risnawati, warga Dusun Sidomulyo, Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, masih diliputi rasa takut pasca gempa berkekuatan 5,7 yang mengguncang wilayah Situbondo pada Kamis (25/9/2025) sore.

Hingga Jumat malam, ia bersama enam anggota keluarganya memilih tidur di teras depan rumah karena khawatir akan ada gempa susulan.

Gempa yang terjadi sekitar pukul 16.00 WIB itu sempat menimbulkan kepanikan di kalangan warga.

Guncangan terasa kuat hingga membuat sejumlah bangunan rusak berat.

Beberapa rumah bahkan mengalami keretakan serius dan roboh di bagian samping.

Saat gempa terjadi, Risnawati tidak sedang berada di rumah. Ia tengah bekerja di sawah. Getaran yang mendadak membuatnya merasa pusing dan sempat terjatuh.

“Saya sampai duduk karena tidak kuat menahan guncangan. Rasanya bumi seperti bergoyang hebat,” katanya dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai awak media,  Jumat (26/09/2025).

Dia mengaku bersyukur seluruh keluarganya selamat. Saat kejadian, suami, anak, dan cucunya berada di luar rumah. Bahkan, cucunya sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

“Kalau saja mereka ada di dalam rumah, saya tidak tahu apa yang akan terjadi,” ujarnya lirih.

Meski selamat, kondisi rumah Risnawati rusak berat. Dua kamar di bagian samping ambruk, sementara ruang tamu mengalami retakan besar di dinding dan atapnya.

 “Saya sangat ketakutan, kenapa rumah saya bisa rusak seperti ini. Rasanya seperti mimpi buruk,” ucapnya.

Trauma itu membuat Risnawati enggan tidur di dalam rumah. Setiap malam sejak gempa, ia bersama keluarga membawa tikar dan selimut ke teras rumah.

“Saya masih khawatir ada gempa susulan. Tidur di luar terasa lebih aman,” katanya.

Kerusakan rumah juga dialami warga lain di Desa Sumberwaru. Salah satunya, pasangan suami istri, Sumarni dan Suwandi. Rumah mereka yang berada tidak jauh dari kediaman Risnawati mengalami keretakan besar pada dinding bagian belakang.

“Kami tidak berani masuk. Malam ini kami tidur di rumah tetangga,” kata Sumarni.

Hal serupa dirasakan oleh Suroso, warga RT 3 RW 1 Dusun Sidomulyo. Bagian atap rumahnya runtuh, membuat ruang tengah berantakan.

“Saat gempa, saya bersama istri buru-buru keluar rumah. Syukurlah kami sempat menyelamatkan diri,” ujarnya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo mencatat hingga Jumat siang, ada lebih dari 40 rumah di Kecamatan Banyuputih yang mengalami kerusakan akibat gempa. Data tersebut masih bersifat sementara karena tim masih melakukan pendataan.

Kepala BPBD Situbondo, Sruwi Hartanto, mengatakan pihaknya bersama TNI, Polri, dan relawan lintas desa terus menyisir lokasi terdampak.

 “Kami fokus pada pendataan dan memastikan tidak ada korban jiwa. Sejauh ini yang kami temukan adalah kerusakan material cukup signifikan,” ujarnya.

Menurut Sruwi, gempa Situbondo kali ini memang tidak menimbulkan korban meninggal dunia. Namun, potensi kerugian materiil cukup besar.

 “Banyak rumah warga yang mengalami kerusakan parah. Kami sedang koordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk langkah bantuan berikutnya,” katanya.

BPBD juga mengimbau warga agar tetap waspada, tetapi tidak panik. Masyarakat diminta untuk memeriksa kondisi rumah masing-masing, terutama jika terdapat retakan yang berpotensi membahayakan.

 “Kami sarankan jangan dulu tidur di rumah yang kondisinya rusak,” ucap Sruwi.

Bagi warga seperti Risnawati, bantuan perbaikan rumah sangat dinantikan. Ia berharap pemerintah segera turun tangan.

“Bagaimana nasib kami kalau rumah ini tidak bisa dihuni lagi? Semoga ada bantuan agar bisa diperbaiki,” katanya.

Saat ini, sebagian warga terdampak masih mengungsi di rumah keluarga maupun tetangga yang dianggap lebih aman.

Suasana malam di Dusun Sidomulyo pun terlihat berbeda, dengan warga berkumpul di halaman rumah atau di posko darurat yang didirikan pemerintah desa.

Trauma akibat gempa belum sepenuhnya hilang. Namun, solidaritas antarwarga menjadi penopang utama. Mereka saling membantu membersihkan puing-puing rumah, sekaligus memberi penguatan moral satu sama lain.

“Yang penting kami selamat. Rumah bisa diperbaiki, tapi nyawa tidak bisa diganti,” ujar Suroso dengan tegar.

----------------------------------------

Penulis: Khairul

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow