Tasawuf Bertemu Ekologi, PMII Sunan Ampel Malang Gagas Konsep Ekosufisme

PMII Sunan Ampel Malang menggagas konsep ekosufisme dalam Mubahatsah Ilmiah di UIN Malang. Prof. Said Aqil Siradj dan KH. Marzuqi Mustamar menegaskan tasawuf harus hadir nyata dalam menjaga alam sebagai bagian dari iman dan ibadah.

Sep 23, 2025 - 21:13
 0
Tasawuf Bertemu Ekologi, PMII Sunan Ampel Malang Gagas Konsep Ekosufisme
Para pengurus PMII Komisariat Sunan Ampel Malang berpose bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dan KH. Marzuqi Mustamar seusai Mubahatsah Ilmiah Ekosufisme 2025 di Aula Gedung Ir. Soekarno, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Senin (22/9/2025).

MALANG– Aula lantai 5 Gedung Ir. Soekarno, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Senin (22/9), mendadak berubah menjadi ruang diskusi intelektual penuh nuansa spiritual.

 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Sunan Ampel Malang menggelar Mubahatsah Ilmiah dengan tema besar “Tasawuf sebagai Spirit Perjuangan, Ekspansi Pengetahuan, dan Etika Lingkungan.”

Forum ini menghadirkan dua tokoh nasional yang sudah tidak asing lagi di dunia pesantren dan intelektual Islam, yakni Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj dan Dr. KH. Marzuqi Mustamar, M.Ag. 

Kehadiran keduanya menjadi magnet yang menyedot ratusan peserta, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga aktivis sosial.

Topik utama yang dikupas dalam mubahatsah adalah Ekosufisme sebuah gagasan yang memadukan kesadaran ketuhanan dalam tasawuf dengan tanggung jawab ekologis. 

Istilah ini dimaknai sebagai jalan spiritual sekaligus etis untuk menjawab krisis lingkungan global.

Dalam paparan mendalamnya, Prof. Said Aqil menegaskan bahwa hakikat tasawuf tidak boleh dipersempit hanya pada ritual ibadah sunnah. Lebih jauh, tasawuf adalah laku keikhlasan dalam mencari ridha Allah. Menurutnya, seluruh alam semesta merupakan manifestasi dari Asmaul Husna.

“Nama Al-Khaliq meniscayakan adanya ciptaan. Maka mencintai makhluk sama artinya dengan mencintai Allah. Sebaliknya, merusak alam berarti menolak kehadiran-Nya,” ujar Prof. Said yang disambut tepuk tangan panjang peserta.

Sementara itu, KH. Marzuqi Mustamar menyoroti secara langsung dampak kerusakan bumi akibat ulah manusia. Ia mengingatkan bahaya besar yang mengintai jika manusia terus abai terhadap lingkungan.

Mengutip Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 46, “lā tufsidu fil-ardhi ba’da ishlāhiha,” Marzuqi menekankan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya kewajiban sosial, tetapi juga kewajiban iman. “Kesehatan jasmani dan rohani manusia sangat bergantung pada keberlanjutan alam. Merusak lingkungan berarti menyalahi ajaran agama,” tegasnya.

Ketua PMII Komisariat Sunan Ampel Malang yang turut memberikan sambutan menilai mubahatsah ini sebagai ruang strategis untuk mengontekstualisasikan ajaran tasawuf dalam isu aktual. Menurutnya, ekosufisme adalah jalan bagi generasi Muslim untuk meneguhkan iman melalui kepedulian ekologis.

“Ekosufisme tidak hanya menjawab tantangan spiritual, tetapi juga tantangan zaman berupa krisis iklim. Di sinilah peran tasawuf hadir secara nyata dalam kehidupan umat,” ujarnya.

Acara yang berlangsung sejak pukul 12.00 hingga 15.00 WIB itu mempertemukan pemikiran tasawuf klasik dengan tantangan modern. Diskusi ini tidak hanya menyoroti aspek spiritual, tetapi juga menekankan urgensi etika lingkungan dalam kehidupan keagamaan.

Dialog yang berlangsung hangat tersebut memunculkan refleksi mendalam di kalangan peserta. Banyak yang mengakui bahwa isu lingkungan seringkali terlepas dari ruang-ruang diskusi keislaman, padahal keduanya saling berkaitan erat.

PMII Sunan Ampel Malang berharap melalui mubahatsah ini lahir kesadaran kolektif bahwa menjaga alam merupakan bagian integral dari ibadah. Perhatian pada lingkungan bukan sekadar wacana, melainkan harus menjadi laku spiritual yang berkesinambungan.

Para peserta yang hadir tampak antusias menyerap pemikiran kedua narasumber. Beberapa bahkan menyebut ekosufisme sebagai gagasan segar yang mampu menjembatani nilai agama dengan tantangan global.

Dengan mengedepankan etika lingkungan dalam bingkai tasawuf, PMII menegaskan bahwa spiritualitas Islam tidak berhenti pada ranah ritual, tetapi harus berdampak nyata bagi keberlangsungan hidup manusia dan alam semesta.

Mubahatsah ilmiah ini akhirnya menjadi penegasan bahwa Islam memiliki jawaban atas problem ekologis. Tasawuf, yang selama ini dipandang sebatas laku spiritual individual, kini ditawarkan sebagai energi kolektif untuk menyelamatkan bumi.

-

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow