Peringati Hari Anak Nasional, Banyuwangi Gelar Festival Mainan Anak Tradisional
Hari Anak Nasional menjadi momen penting bagi Pemkab Banyuwangi untuk mendorong penguatan karakter anak. Salah satunya, pemkab menggelar Festival Memengan (Mainan) Tradisional sebagai bentuk kampanye agar anak banyak beraktivitas fisik

KABAR RAKYAT, BANYUWANGI - Hari Anak Nasional menjadi momen penting bagi Pemkab Banyuwangi untuk mendorong penguatan karakter anak. Salah satunya, pemkab menggelar Festival Memengan (Mainan) Tradisional sebagai bentuk kampanye agar anak banyak beraktivitas fisik.
Diikuti hampir seribu anak, Festival Memengan Tradisional digelar di RTH Maron, Genteng, Banyuwangi, Sabtu (26/7/2025).
Festival tersebut mengusung tema “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, dari kebiasaan positif anak mulai bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur tepat waktu.
Ratusan anak-anak terlihat ceria memainkan permainan tradisional seperti egrang batok, egrang bambu, dan terompah (teklek panjang).
“Seru banget main terompah bareng teman-teman. Kuncinya harua kompak,” kata Luna, peserta dari SDN 1 Jambesari.
Suasana makin meriah saat kelompok-kelompok peserta menampilkan atraksi budaya dalam sebuah defile. Masing-masing mengusung tema permainan khas anak tempo dulu.
Mereka terlihat senang dan ceria membawakan aneka permainan. Mulai dari balap pelek, balap complong, lompat tali, bedil-bedilan, hula hoop, jaranan, gamelan, kapal-kapalan, terompet, dan permainan tradisional lainnya.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan, anak-anak saat ini cenderung kurang beraktivitas fisik. Mereka lebih banyak bermain gadget. Ipuk mengutip data dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bahwa lebih dari dua juta anak di Indonesia aktif bermain gim daring.
Sementara, lanjut Ipuk, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mencatat sekitar 30 persen anak mengalami kecanduan gim dan judi online.
“Digitalisasi tak bisa dihindari, tapi harus diimbangi dengan penguatan karakter dan budaya lokal. Jangan sampai anak kita hanya akrab dengan gim digital, tapi lupa dengan akar budayanya,” kata Ipuk.
Oleh karena itu, ia menyebut, Pemkab Banyuwangi terus berupaya mengurangi pemakaian gadget pada anak, salah satunya dengan menggelar Festival Memengan. Karena, menurut Ipuk, permainan tradisional bisa menjadi media edukasi yang menyenangkan bagi anak.
“Kita ingin anak-anak kita tidak hanya mengenal budaya digital, tapi juga cinta budaya lokal. Festival ini menjadi ruang mereka belajar sportivitas, jujur, berempati, hingga leadership,” ujarnya.
"Dan yang penting mereka juga banyak bergerak, beraktivitas fisik. Ini sangat baik untuk kesehatan mereka," kata Ipuk.
Ipuk juga mendorong, permainan tradisional ini tidak hanya berhenti di festival saja. Tapi ia meminta agar seluruh sekolah dan orang tua di rumah juga mengajak anak-anaknya untuk bermain permainan tradisional.
“Semua ini butuh dukungan terutama dari orang tua. Orang tua juga harus mengajarkan kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari di rumah,” pinta Ipuk.
Kepala Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno menambahkan, Festival Memengan ini digelar dalam rangkaian memperingati Hari Anak Nasional. Permainan tradisional ini juga diikuti serentak seluruh SD di Banyuwangi secara daring. Totalnya, ada 900 siswa dari 25 kecamatan.
“Di Jawa Timur hanya Banyuwangi yang memiliki permainan (memengan) tradisional semacam ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain,” ungkapnya.***
What's Your Reaction?






