3.572 Siswa di Pujer Nikmati Menu MBG Higienis, SPPG Pastikan Aman Dikonsumsi

Hingga kini, dapur SPPG Pujer melayani 3.572 siswa dari 34 lembaga pendidikan, mulai dari tingkat PAUD hingga SMA. Setiap hari, timnya melakukan monitoring, evaluasi, dan analisis kesukaan siswa untuk menyesuaikan menu ke depan. Salah satu metode yang digunakan cukup unik, yakni dengan menimbang sisa makanan di ompreng setelah dikembalikan dari sekolah.

Oct 30, 2025 - 12:09
Oct 30, 2025 - 12:25
 0
3.572 Siswa di Pujer Nikmati Menu MBG Higienis, SPPG Pastikan Aman Dikonsumsi
Siswa SDN Mangli saat menikmati MBG

KABAR RAKYAT, BONDOWOSO – Kepala Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) Kecamatan Pujer, Bondowoso, Dila Maufilda, menegaskan bahwa seluruh proses operasional kerja mulai dari penerimaan bahan baku hingga pendistribusian makanan kepada siswa di wilayah Pujer telah mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang ketat. Hal itu dilakukan untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang dikirim dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Menurut Dila, seluruh petugas diwajibkan mematuhi SOP kebersihan dan keselamatan kerja.

“Dalam pelaksanaan operasional, mulai dari penerimaan bahan baku sampai distribusi, semuanya harus sesuai SOP. Petugas wajib memakai sarung tangan, masker, dan hairnet agar makanan tetap higienis,” ujarnya, Kamis (30/10/2025).

Ia menjelaskan, pengawasan terhadap bahan makanan dilakukan secara berlapis oleh tim khusus. Pengawasan ini berada di bawah tim pengadaan bahan baku, yang dikoordinasikan oleh staf akuntan.

“Tim tersebut bertugas menyeleksi bahan baku yang datang, baik sayur, buah, maupun lauk pauk, sebelum diproses di dapur,” jelasnya.

Pengawas dapur asal Situbondo itu menambahkan, makanan yang dikirim ke sekolah-sekolah menggunakan wadah tertutup atau ompreng untuk menjaga kualitas dan higienitasnya.

“Kualitas makanan dijamin aman. Kalau di wilayah lain sampai ada temuan seperti buah yang rusak atau ulat di dalamnya, itu biasanya karena ada bahan yang lolos dari proses sortir. Kami tetap lakukan evaluasi agar peristiwa seperti itu tidak terjadi disini,” katanya.

Ia mengaku, dalam proses operasional pihaknya terus belajar dari berbagai kendala di lapangan. Salah satu contohnya adalah cara penanganan buah yang ternyata memiliki karakter berbeda.

Dari sisi menu, Dila menyebut saat ini bahan utama yang paling sering digunakan adalah telur dan ayam, menggantikan ikan lele yang sebelumnya ditolak sebagian besar siswa.

“Siklus menunya lebih banyak di telur dan ayam, entah digoreng, dibumbu, atau diolah menjadi masakan lain. Sesekali kami juga menyajikan olahan seperti bakso atau nugget supaya tidak monoton, biasanya sebulan sekali atau dua kali,” terangnya.

Untuk menjaga antusiasme siswa, pihaknya juga mengatur strategi penyampaian informasi menu.

“Kami hanya memposting menu hari ini di media sosial, tidak untuk hari berikutnya. Karena kalau siswa tahu lebih dulu, justru tingkat antusiasmenya turun drastis. Mereka lebih suka kalau menunya jadi kejutan,” ujar Dila.

Proses memasak di dapur SPPG Pujer, kata Dila, membutuhkan waktu yang tidak singkat.

“Durasi memasak paling cepat lima jam dan bisa sampai tujuh jam, tergantung jenis menu yang disiapkan,” ungkapnya.

Hingga kini, dapur SPPG Pujer melayani 3.572 siswa dari 34 lembaga pendidikan, mulai dari tingkat PAUD hingga SMA. Setiap hari, timnya melakukan monitoring, evaluasi, dan analisis kesukaan siswa untuk menyesuaikan menu ke depan. Salah satu metode yang digunakan cukup unik, yakni dengan menimbang sisa makanan di ompreng setelah dikembalikan dari sekolah.

“Dari hasil timbangan sisa makanan itu, kami tahu menu mana yang paling banyak tidak habis dimakan. Kalau sampahnya berat, berarti menunya kurang disukai dan akan kami hapus dari daftar menu berikutnya,” pungkasnya.

 

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow