Mat Yasin, Tukang Cukur Bangkalan Tampar Pemerintah Lewat Aspal Jalan Gunakan Dana Pribadi

Seorang tukang cukur di Sampang membangun jalan desa sepanjang tujuh kilometer dengan dana pribadi Rp2 miliar. Aksi Mat Yasin ini menohok pemerintah yang selama puluhan tahun abai terhadap infrastruktur desa

Oct 26, 2025 - 01:01
Oct 26, 2025 - 01:03
 0
Mat Yasin, Tukang Cukur Bangkalan Tampar Pemerintah Lewat Aspal Jalan Gunakan Dana Pribadi
Mat Yasin, pengusaha asal Desa Maduleng, Kecamatan Omben, Sampang, memantau langsung proses pengaspalan jalan desa yang dibiayai dengan dana pribadinya. Ia tampak berbincang akrab dengan para pekerja di lokasi pembangunan.

SAMPANG— Pagi itu, udara di Desa Maduleng, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang terasa hangat bukan hanya karena sinar matahari.

Di tepi jalan yang sedang diaspal, seorang pria berkemeja lusuh tampak bercanda dengan para pekerja. Iya, dialah Mat Yasin, tukang cukur yang kini menjelma menjadi pengusaha sukses sekaligus dermawan yang membangun desanya dengan uang pribadinya.

Sosoknya sederhana, jauh dari citra orang kaya yang gemar pamer. Namun siapa sangka, di balik kesahajaannya, Yasin sedang menuntaskan proyek besar: membangun jalan desa sepanjang tujuh kilometer tanpa sepeser bantuan dari pemerintah dan tanpa menggunakan dana APBD Sampang.

Tim Kabar Rakyat mendapati sendiri, ia mengawasi langsung pekerjaan itu, tertawa bersama para buruh yang tangannya hitam oleh aspal.

“Ini nazar saya sejak dulu,” kata Mat Yasin saat ditemui, Sabtu (25/10/2025). “Kalau punya rezeki, saya ingin membangun kampung sendiri. Alhamdulillah, hari ini saya bisa wujudkan.” Ucapannya ringan, tapi sarat makna: pembangunan yang seharusnya jadi tanggung jawab negara kini diambil alih oleh rakyat kecil yang berbuat nyata, Jumat (25/10/2025).

Menurut Yasin, proyek itu sudah menelan dana sekitar Rp2 miliar, dan belum rampung sepenuhnya.

Sebelumnya, ia juga telah memasang lampu jalan di sepanjang desa, bahkan memenuhi permintaan warga dari luar yang ingin merasakan terang serupa. “Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita bisa bersedekah lewat jalan ini. Harta cuma titipan,” katanya tenang.

Tak hanya jalan. Yasin juga punya rencana sosial lain. Ia berjanji akan memberangkatkan umrah 50 orang tetangga dan kerabat lanjut usia setelah proyek jalan tuntas. “Kemarin, saya sudah berangkatkan 30 pekerja saya untuk umrah. Insya Allah, yang lain menyusul,” ujarnya. Suaranya terdengar mantap, seolah derma adalah bentuk lain dari ibadah.

Padahal, sebelum tangan Yasin bergerak, jalan desa Maduleng hanya berupa bebatuan tak rata. Di musim hujan, jalan itu berubah menjadi jebakan lumpur. Banyak warga terjatuh, bahkan terluka. Bertahun-tahun mereka menunggu janji pembangunan yang tak kunjung datang dari pemerintah. “Sejak kecil, saya sudah biasa lewat jalan rusak ini,” tutur Yasin lirih.

Kini, dentum alat berat menggantikan suara keluhan warga. Jalan yang dulu jadi simbol keterlambatan kini menjelma menjadi monumen kecil tentang tanggung jawab sosial. Ironisnya, yang membangun bukan negara, melainkan seorang tukang cukur yang tahu betul arti kata “pengabdian”.

Penulis: Cak Jum

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow