Santri Kamal Bangkalan Rayakan Hari Santri 2025 dengan Semangat Moderasi dan Cinta Tanah Air

Ratusan santri dari 17 madrasah diniyah di Kecamatan Kamal, Bangkalan, memperingati Hari Santri Nasional 2025 dengan upacara khidmat, meneguhkan semangat kebangsaan dan nilai-nilai keislaman.

Oct 24, 2025 - 05:15
Oct 24, 2025 - 05:16
 0
Santri Kamal Bangkalan Rayakan Hari Santri 2025 dengan Semangat Moderasi dan Cinta Tanah Air
Santri di Kamal Bangkalan saat upacara

BANGKALAN- Suasana Lapangan Bedak di Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, sore itu terasa berbeda.

Ratusan santri bersarung putih dan berpeci hitam memenuhi lapangan dengan tertib, membawa semangat religius dan nasionalisme.

Mereka datang dari berbagai lembaga madrasah diniyah se-Kecamatan Kamal untuk memperingati Hari Santri Nasional 2025 yang jatuh pada Rabu, 22 Oktober 2025.

Sebanyak 600 santri dari 17 lembaga madrasah diniyah berbaris rapi di tengah hembusan angin sore, mengikuti upacara bendera yang berlangsung penuh khidmat.

Upacara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat semangat kebangsaan di kalangan pelajar santri.

Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kamal, tokoh agama, pimpinan lembaga pendidikan Islam, serta masyarakat sekitar. 

Upacara dimulai tepat pukul 16.00 WIB dengan inspektur upacara Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kamal, Abdur Rosyid.

Dalam amanatnya, Abdur Rosyid menegaskan bahwa Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk mengenang jasa para ulama dan santri yang berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Santri bukan hanya pilar keagamaan, tetapi juga pilar kebangsaan,” ujarnya lantang di hadapan ribuan peserta.

Ia menambahkan, semangat santri harus diterjemahkan dalam tindakan nyata di masa kini.

 “Santri modern harus berkontribusi bagi kemajuan bangsa di bidang pendidikan, sosial, maupun ekonomi,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Abdur Rosyid juga memberikan makna mendalam terhadap kata santri (سنتري) yang menurutnya terdiri dari lima huruf dengan makna simbolik.

Huruf sin berarti saafiqul khoir atau pelopor kebaikan, menunjukkan bahwa santri harus menjadi penggerak kebaikan di manapun berada.

Huruf nun dijabarkan sebagai naasibul ulama, yaitu penerus para ulama yang menjaga tradisi keilmuan Islam.

Huruf ta’ diartikan taarikul ma’ashi, meninggalkan kemaksiatan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara huruf ro’ dan ya’ mencerminkan dua prinsip utama yang harus dijaga: ridho Allah dan yaqin sebagai pondasi iman dan amal.

“Lima makna itu bukan sekadar filosofi, tapi pedoman hidup santri di tengah perubahan zaman,” ujar Abdur Rosyid menegaskan.

Menurutnya, karakter santri sejati tidak berhenti pada ritual keagamaan, melainkan tercermin dalam perilaku sosial yang berakhlak dan cinta tanah air.

Peringatan Hari Santri Nasional 2025 kali ini mengusung tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”

Tema tersebut, kata dia, mengandung pesan agar seluruh santri siap menjadi bagian dari perjalanan bangsa menuju kemajuan global tanpa kehilangan jati diri.

Abdur Rosyid menekankan pentingnya ketahanan moral di era digital.

 “Santri zaman sekarang harus siap menghadapi tantangan dunia digital, tapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan,” ucapnya.

Sementara itu, pemandangan lapangan dipenuhi warna putih dan hijau khas pesantren.

Santri putra mengenakan baju putih dan sarung, sedangkan santri putri tampil dengan gamis dan kerudung putih.

 Warna-warna itu menciptakan suasana damai yang menggambarkan kesederhanaan dan kekompakan dunia pesantren.

Ketua panitia kegiatan mengungkapkan rasa syukurnya atas partisipasi aktif seluruh madrasah.

“Semua lembaga ikut serta tanpa terkecuali. Ini bukti bahwa semangat Hari Santri benar-benar hidup di hati para pelajar dan guru di Kamal,” katanya.

Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa nilai-nilai pesantren masih tertanam kuat di masyarakat Kamal.

Melalui peringatan Hari Santri 2025, warga menegaskan kembali komitmen untuk menjaga ajaran Islam yang moderat, mencintai tanah air, dan berkontribusi bagi bangsa.

Dengan semangat kebersamaan itu, gema shalawat dan takbir pun menggema di ujung acara. Di bawah langit senja Kamal, 600 santri menunduk khidmat, meneguhkan janji untuk terus menebar kebaikan dan menjaga Indonesia dengan ilmu, iman, dan akhlak.

---

Penulis: Luhur Utomo

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow