Gubernur Khofifah dan Forkopimda Jatim Tanam Mangrove di Pesisir Bangkalan
Festival Mangrove VIII di Bangkalan kembali digelar untuk melestarikan ekosistem pesisir yang terancam abrasi. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ajak masyarakat terus menanam mangrove demi target zero emission 2060.
                                    BANGKALAN– Festival Mangrove VIII kembali digelar tahun ini di Kabupaten Bangkalan. Acara yang menjadi agenda rutin Pemerintah Provinsi Jawa Timur ini bertujuan melestarikan kawasan mangrove yang mulai terkikis akibat abrasi dan ancaman alih fungsi lahan.
Sebelum acara dimulai, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Forkopimda Jatim, Komandan Arsenal, Aspodmar Pangkoarmada II, Dirjen PDASRH, Bupati dan Wakil Bupati Bangkalan, serta Forkopimda Bangkalan, mengendarai vespa listrik dari Pendopo Agung Bangkalan menuju lokasi penanaman mangrove di pesisir Pantai Martajasah, Senin (3/11/2025).
Dalam sambutannya, Dyah Murtiningsih, Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan, berharap pengelolaan mangrove dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan para pemangku kepentingan. Ia menegaskan pentingnya menjaga ekosistem mangrove sebagaimana pesan Presiden RI Prabowo Subianto bahwa menjaga mangrove merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah.
“Menjaga mangrove adalah panggilan setiap warga negara,” ujar Dyah Murtiningsih.
Menurut Dyah, ekosistem mangrove memiliki peran vital dalam menjaga garis pantai dari abrasi, menjadi habitat ribuan biota laut, sekaligus penyerap karbon alami yang sangat efektif.
“Mangrove mampu menyerap emisi karbon 4–5 kali lebih banyak di atas permukaan dan hingga 8 kali di bawah permukaan dibandingkan tanaman darat. Ini penting untuk menekan laju perubahan iklim,” terangnya.
Ia menambahkan, Kementerian Kehutanan berkomitmen memastikan kegiatan penanaman tidak berhenti di acara seremonial, tetapi diikuti dengan pemeliharaan, monitoring, serta pemberdayaan masyarakat pesisir.
“Kami pastikan kegiatan ini berlanjut, bukan hanya menanam tetapi juga merawat,” katanya.
Dyah menjelaskan, mangrove di Jawa Timur merupakan yang terluas di Pulau Jawa, mencapai 30.839 hektar atau sekitar 48,38 persen dari total luasan mangrove di Jawa. Dari jumlah itu, sekitar 50 persen berada di kawasan hutan yang memerlukan perhatian khusus dari Pemprov Jatim, UPT Kementerian Kehutanan, dan mitra-mitra konservasi.
“Sejak 2021 hingga 2024, Provinsi Jawa Timur berhasil meningkatkan penutupan lahan mangrove sebesar 13,29 persen atau 3.618 hektar,” jelasnya.
“Namun, kita masih menghadapi tantangan di hulu soal tata guna lahan dan di hilir terkait kebutuhan ekonomi masyarakat pesisir yang kerap memicu degradasi kawasan.”
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menambahkan bahwa kegiatan Festival Mangrove kali ini tidak hanya berfokus pada penanaman, tetapi juga menampilkan display hilirisasi produk mangrove se-Jawa Timur, serta bakti sosial kesehatan dan pemeriksaan gigi massal sebagai bentuk sinergi lintas sektor.
“Ayo terus nandur mangrove! Karena 51 persen luasan mangrove di Jawa ada di Jawa Timur,” ujar Khofifah.
“Menanam mangrove menghasilkan oksigen hingga lima kali lipat dibanding pohon di darat. Dengan begitu, kita bisa mencapai target zero emission 2060, di mana karbon yang diserap dan oksigen yang dihasilkan seimbang.”
Khofifah berharap gerakan menanam mangrove di Jawa Timur dapat menjadi referensi nasional bagi daerah lain dalam menjaga kelestarian pesisir dan mendukung agenda iklim global.
“Semoga gerakan ini menginspirasi daerah lain untuk terus nandur dan nandur,” pungkasnya.
Penulis: Luhur Utomo
What's Your Reaction?