Respon Siswa Keracunan, Komisi IV DPRD Banyuwangi Sidak SPPG, Berakhir Kecewa karena Tidak Ditemui Pengelola
Tindak lanjut atas informasi adanya ratusan siswa yang diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG. Komisi IV DPRD Banyuwangi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Kepiting, Kelurahan Tukangkayu
KABAR RAKYAT, BANYUWANGI - Komisi IV DPRD Banyuwangi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Jalan Kepiting, Kelurahan Tukangkayu, yang selama ini menjadi dapur penyedia dan pendistribusi Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk MAN 1 Banyuwangi.
Sidak ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas informasi adanya ratusan siswa yang diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu MBG di sekolah tersebut.
Namun, agenda sidak itu justru berujung pada kekecewaan. Para wakil rakyat tidak dapat bertemu dengan kepala SPPG dengan alasan yang bersangkutan sedang sibuk.
Mereka juga tidak diperkenankan memeriksa area dapur dengan alasan proses produksi sedang berlangsung. Rombongan dewan akhirnya hanya dipersilakan duduk di ruang tamu tanpa dapat melakukan pengecekan menyeluruh.
"Kami kecewa dengan perlakuan pengelola SPPG. Kepala dapur tidak menemui kami, sehingga kami tidak bisa mengecek secara keseluruhan," ujar Patemo, Ketua Komisi IV DPRD Banyuwangi, usai sidak.
Tidak diberikannya akses pengecekan membuat Komisi IV meminta klarifikasi langsung kepada Dinas Kesehatan Banyuwangi. Berdasarkan keterangan yang diterimanya, SPPG Tukangkayu sebelumnya memang dinilai kurang memenuhi sejumlah kelayakan sanitasi.
"Keterangan dari Kadinkes, ada beberapa catatan seperti ventilasi yang masih terbuka sehingga memungkinkan lalat masuk, serta tidak adanya wastafel khusus yang ada hanya kran biasa. Tapi karena tadi kami tidak boleh masuk, kami tidak tahu apakah catatan itu sudah dibenahi atau belum," tegasnya.
"Pelayanan SPPG ini kurang baik. Jangan melihat kami dari sisi personalnya. Kami ini wakil rakyat, tugas kami mengawasi dan mengontrol. Kalau akses saja ditutup, bagaimana publik bisa percaya," tambahnya.
Selain sidak ke SPPG, Komisi IV juga mendatangi pihak sekolah untuk menelusuri kronologi lengkap sebelum para siswa mengalami gejala keracunan. Hingga kini, dugaan penyebab belum dapat dipastikan karena sampel makanan masih diperiksa oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
"Jadi kita menunggu hasil laboratorium terlebih dahulu," jelas Patemo.
Ia menegaskan, program MBG sebenarnya baik, namun harus dievaluasi dari sisi teknis, terutama pada proses produksi dan pendistribusian makanan. Menurutnya, makanan siap saji memiliki potensi kerawanan lebih tinggi jika standar higienitas, peralatan, hingga distribusinya tidak betul-betul memenuhi prosedur ketat.
"Programnya bagus, hanya teknisnya yang harus dibenahi. SPPG jangan sampai produksi jalan kalau dinyatakan belum laik. Buat apa program bagus, kalau pada akhirnya membuat anak-anak sakit," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan 112 siswa MAN 1 Banyuwangi mengalami gejala keracunan setelah menyantap MBG. Para siswa mengalami diare, panas, mual dan mulas. Gejala itu dirasakan siswa sejak Rabu (22/10) berlanjut hingga Kamis (23/10).
Tim dari Labkesda telah melakukan surveilens terhadap MBG yang dikonsumsi siswa kemarin. Tim juga melakukan pemeriksaaan rectal swap, tes usap terhadap peralatan yang ada di SPPG tempat MBG di MAN 1 Banyuwangi ini berasal.
"Sampel sudah dikirim ke laboratorium untuk diperiksa," kata Kadinkes, Amir Hidayat.***
What's Your Reaction?