Bukan Pacu Jalur, Festival Dayung Tejoasri Pemantik Potensi Pariwisata di Lamongan

Festival Dayung Tejoasri 2025 resmi dibuka di Bendungan Bengawan Mati, Lamongan. Ajang dayung antar-desa se-Jawa Timur ini bukan sekadar kompetisi, tapi juga pemantik potensi pariwisata, budaya, dan ekonomi masyarakat.

Sep 15, 2025 - 12:15
Sep 15, 2025 - 12:16
 0
Bukan Pacu Jalur, Festival Dayung Tejoasri Pemantik Potensi Pariwisata di Lamongan
Sejumlah tim peserta Festival Dayung Tejoasri 2025 bersaing di lintasan Bendungan Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Lamongan, Minggu (14/9/2025). Event tahunan ini menjadi ajang olahraga tradisional sekaligus daya tarik pariwisata dan perekonomian lokal.

KABARRAKYAT,LAMONGAN – Festival Dayung Tejoasri 2025 resmi dibuka pada Minggu (14/9) di Bendungan Bengawan Mati, Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.

Ajang tahunan ini bukan sekadar lomba dayung antar-desa, tetapi telah menjelma menjadi festival besar se-Jawa Timur yang memantik potensi sosial, budaya, pariwisata, hingga ekonomi lokal.

Tahun ini, Festival Dayung Tejoasri diikuti 64 tim dari berbagai kabupaten, mulai dari Gresik, Bojonegoro, Tuban, Pasuruan, hingga Sidoarjo. Kehadiran peserta dari luar daerah menjadikan event ini semakin semarak.

Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, memberikan apresiasi kepada masyarakat Desa Tejoasri yang konsisten menggelar festival tersebut. Menurutnya, kegiatan ini tak hanya melestarikan olahraga tradisional, tetapi juga mampu menghidupkan denyut ekonomi daerah.

“Apresiasi sebesar-besarnya kepada Desa Tejoasri yang konsisten dan terus berkembang dalam menginisiasi Festival Dayung Tejoasri. Melalui kegiatan ini, potensi sosial budaya, pariwisata, hingga ekonomi masyarakat Lamongan bisa semakin berkembang,” ujar Yuhronur.

Ia menambahkan, dari sisi sosial dan budaya, festival ini menjadi ruang apresiasi masyarakat sekaligus pengingat kejayaan Lamongan dari masa Kerajaan Majapahit, kolonial, hingga peradaban Islam.

Bengawan Solo yang mengalir di sekitar Tejoasri disebut sebagai saksi sejarah kejayaan ekonomi masyarakat dari masa ke masa. Sungai besar ini menjadi alasan mengapa olahraga dayung terus hidup di tengah masyarakat.

Tak hanya itu, Festival Dayung Tejoasri juga mendorong perputaran ekonomi lokal. Ratusan UMKM terlibat, menampilkan aneka produk kuliner dan kerajinan khas Lamongan.

“Dengan melibatkan UMKM, daya beli masyarakat meningkat, sekaligus memperkenalkan produk Lamongan kepada pengunjung luar daerah,” kata Yuhronur.

Festival ini kini tidak hanya menjadi agenda olahraga, tetapi juga magnet wisata baru yang memperkuat identitas Lamongan sebagai “Kota Soto” sekaligus daerah dengan kekayaan budaya sungai.


Penulis: Triwi Yoga Margiono

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow